search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lewat Buku, Penyanyi Dewi Pradewi Bongkar Fenomena Perempuan Bali Bertato
Jumat, 30 April 2021, 22:05 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Penyanyi Pop Bali bernama panggung Dewi Pradewi menutup Bulan Kartini 2021 dengan 3 karya, yakni berupa buku, video klip lagu cover, dan film.

Perempuan kelahiran Denpasar bernama asli Putu Dewi Ariantini bukan main-main dengan karyanya. Buku yang diluncurkannya merupakan karya tulisnya dari penelitian S2 di Program Studi Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana tahun 2019.

Mengambil judul tesis “Konstruksi Stigma pada Perempuan Bali Bertato di Kota Denpasar” dengan mengantongi predikat Cum laude, karyanya kini dibukukan dengan judul "Tato Perempuan Bali: Tubuh, Stigma, dan Perlawanan". Karya keduanya, berupa video klip cover lagu yang dipopulerkan Yan Srikandi yaitu "Wilasmi", Ciptaan dari Yan Wie asal Tegallalang.

Karya Ketiganya berupa film yang menggambarkan dari buku karyanya. Film ini melibatkan para rekannya seperti Puja Astawa, Jun Bintang, Ajik Krisna dan lain-lain yang rencananya diluncurkan pada 7 Mei 2021 mendatang di gedung Dharma Negara Alaya.

Buku Tato Perempuan Bali

Mengenai buku "Tato Perempuan Bali", Dewi Pradewi menjelaskan hal itu sebagai upaya atau langkah kecil sebagai gerakan emansipatoris untuk kesetaraan antara laki dan perempuan. Karena, lanjutnya, dari hasil penelitiannya di awal bahwa tato itu bermasalah ketika digunakan oleh perempuan. 

Menurutnya, fenomena perempuan Bali bertato dalam wacana sosial, kultur dan moral selalu menyajikan sisi menarik yang mungkin luput dari perhatian khalayak. Hal ini termasuk mempelajari dirinya yang memang menyukai tato karena menganggap hal itu sebagai seksi. Baginya tato sama halnya dengan bagaimana usaha seseorang menjadi cantik atau tampan. 

"Ada yang memilih cara untuk cantik dengan pergi ke salon dan saya (perempuan bertato) memilih cara Cantik dengan menggunakan tato," katanya saat peluncuran buku tersebut di Denpasar, Jumat (30/4/2021).

Wanita yang saat ini aktif sebagai Sekretaris Eksekutif PHRI Bali dan sekaligus Tenaga Ahli DPR RI Gde Sumarjaya Linggih ini memandang orang tidak salah berprasangka buruk karena tiap orang memiliki pengalaman dan cara pandang yang berbeda untuk menanggapi segala sesuatunya.  

Ia menjelaskan tato yang merupakan seni dekorasi tubuh, ternyata masih menyisakan berbagai persoalan bagi perempuan Bali di tengah budaya patriarki yang keras. Dalam buku ini, akan diskusikan bagaimana tubuh, stigma, dan perlawanan tersebut bergulat erat dalam warna warni tato perempuan Bali. 

"Kita tidak membicarakan salah benar dalam buku ini tapi jalan tengah untuk berjalan beriringan tanpa melukai hati siapa pun di dalamnya," tandasnya.

Sementara itu, Nanang Sutrisno selaku penyunting buku menambahkan ketika konstruksi sosial dilanggar muncul stigma karena tidak bisa memenuhi gambaran ideal masyarakat dan dianggap sebagai bentuk perlawanan identitas 

"Mengapa orang terstigma jadi benar-benar buruk karena biasanya mereka tidak ambil pusing pandangan masyarakat sehingga memperburuk citra nya. Kadung sudah basah kepalang," katanya.

Namun, ia menegaskan tidak semua perempuan bertato mempunyai tingkah laku yang negatif. Bahkan, kata dia ada yang mempunyai komunitas untuk melakukan kegiatan positif.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami