search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Warga Kanada Gelar "Kelas Orgasme", Ini Kata Seksolog Bali
Sabtu, 8 Mei 2021, 18:25 WITA Follow
image

beritabali.com/file/Warga Kanada Gelar "Kelas Orgasme", Ini Kata Seksolog Bali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Seorang warga negara asing (WNA) asal Kanada tengah menjadi sorotan tajam di Bali. Bagaimana tidak, bule itu mengadakan "kelas orgasme".

Peserta yang berminat akan dikenai biaya sebesar 20 Euro. Acara ini langsung menuai pro dan kontra dari warga setempat.

Kelas orgasme di Bali ini sendiri bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, bule asal Amerika Serikat (AS) Andrew Barnes pernah mengadakan acara serupa.

Ia diketahui merupakan seorang guru Tantra. Tantra sendiri merupakan filosofi timur kuno atau filosofi tertua yang menggabungkan tubuh, pikiran, dan jiwa serta mengintegrasikan spiritualitas dalam kehidupan duniawi.

Terkait fenomena bule atau warga asing membuka "kelas orgasme" di Bali, seksolog asal Denpasar Bali, dr. Oka Negara mengatakan, edukasi tentang orgasme atau seksologi, sebaiknya dilakukan dengan kaidah ilmu pengetahuan dan norma-norma yang benar. 

"Itu artinya, edukasi diberikan oleh orang yang paham, menguasai permasalahan, dan kompeten. Bisa seorang pengajar dengan pendidikan yang cukup, atau bersertifikat yang diakui organisasi yang legal. Tentu saja juga dengan cara atau metode pengajaran yang tidak melanggar nilai-nilai dan norma sosial dan masyarakat,"ujarnya kepada beritabali.com, Sabtu (8/5/2021).

Apakah edukasi seksual mempelajari orgasme dapat diajarkan? 

"Tentu saja boleh. Mempelajari seksualitas manusia, itu sudah dilakukan sejak lama dalam konteks mempelajari ilmu seksologi. Ilmu seksologi malah menarik minat banyak orang dan ahli untuk terus menggali hal-hal baru untuk dijadikan sebuah pengetahuan baru. Ilmu seksologi sejak jaman pra-modern hingga hai ini selalu berkembang. Misalnya mencari tahu penyebab masalah seksual dan kemudian menemukan solusi penanganannya, terus berkembang,"jelasnya. 

Mempelajari seksologi termasuk orgasme, kata Oka, tentu diperbolehkan. Apalagi orgasme adalah hak seksual setiap manusia untuk mendapatkannya dalam siklus respon seksualnya secara lengkap, demi mendapatkan kepuasan seksual dalam berhubungan seksual. 


"Bagaimana dengan kelas orgasme? Yang menjadi perhatian kemudian adalah apakah kelas edukasi tentang orgasme itu dilakukan oleh pengajar yang telah memiliki kompetensi dan memiliki kemampuan yang baik dan benar untuk mengajarkan pelatihan seksual? Teknisnya juga apakah sudah menggunakan standar etika dan nilai yang jauh dari kemungkinan terjadi kontak fisik yang berpotensi pelecehan seksual, seperti yang dikhawatirkan sempat terjadi di beberapa kelas serupa pernah terjadi,"ujarnya. 

"Jika semua kaidah ilmiah, profesi, etik, dan norma sosial hingga norma kesusilaan bisa dipenuhi dengan baik dan bertanggung jawab, kelas edukasi seksual bisa dilakukan, malah perlu didukung demi edukasi seksual yang perlu disosialisasikan ke masyarakat, terutama yang membutuhkan. Tetapi jika kaidah ini tidak diindahkan, pengajarnya bukan orang yang berkompetensi dan berkemampuan secara keilmuan di bidang kesehatan seksual, tidak memiliki pendidikan yang benar dan hanya berdasar pengalaman belaka, tidak memiliki afiliasi ke institusi yang resmi dan legal, serta mungkin metode pengajarannya meragukan, serba rahasia, malah berpotensi terjadi pelecehan seksual, sebaiknya memang tidak perlu diikuti, malah sebaiknya dilarang,"tegas Oka Negara. 
 

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami