search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sekutu Putin Sebut AS dan Uni Eropa di Ambang 'Perceraian'
Selasa, 29 November 2022, 14:41 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Sekutu Putin Sebut AS dan Uni Eropa di Ambang 'Perceraian'

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) terancam renggang akibat sikap salah satu kubu yang dianggap oportunis.

Hal tersebut diungkapkan oleh Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Menurutnya, 'perkawinan' antara AS dan UE kemungkinan besar akan berakhir dengan perceraian, menyusul 'kecurangan ekonomi' yang jelas oleh 'laki-laki alfa', dalam hal ini AS.

Pernyataan tersebut dibuat di tengah sejumlah laporan, menurut media Rusia, yang menyatakan negara-negara UE marah atas apa yang mereka lihat sebagai oportunisme Amerika di tengah krisis Ukraina.

"[AS] tidak berniat membagi pendapatannya. Sebaliknya, dia mencuri simpanan terakhir dari mitranya yang sudah tua dan mengantongi uang tanpa keraguan," tulis Medvedev yang kini menjabat Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, di saluran Telegram-nya, dikutip Russia Today, Selasa (29/11/2022).

Washington disebut makin membuat kondisi bisnis di dalam negeri menarik bagi perusahaan Eropa dan mendorong negara lain untuk membeli produknya. Sementara itu, pasar barang-barang Eropa menyusut, sebagian karena keputusannya untuk memisahkan diri dari Rusia.

"Kamu tidak bisa benar-benar mempercayai pelanggan kaya itu. Persis seperti itu - Eropa tidak dibolehkan!" tutur MEdvedev.

"UE dapat memutuskan diri dengan pasangannya yang curang dan memulai kehidupan baru yang bebas", imbuh sekutu Presiden Vladimir Putin tersebut.

Hanya saja, katanya, UE kemungkinan besar tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut. Pekan lalu, Politico menggambarkan kemarahan yang meningkat di UE karena persepsi bahwa Washington mendapat untung dari krisis di antara negara-negara anggota.

Beberapa pejabat senior blok itu kesal dengan fakta bahwa pemasok energi AS menjual gas alam cair (LNG) ke negara-negara UE dengan harga empat kali lebih tinggi daripada di dalam negeri, sementara kontraktor militer diuntungkan dengan menjual lebih banyak senjata ke Ukraina.

Pejabat UE juga menunjuk pada Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS dan dampak insentif keuangan untuk bisnis ramah lingkungan yang diberikannya terhadap perusahaan-perusahaan Eropa yang mencoba bersaing.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami