Pendeta Gereja Ortodoks Berkati Bom Nuklir Rusia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Pendeta Gereja Ortodoks Rusia memberkati senjata nuklir sebagai 'jaminan perdamaian' kendati memiliki daya penghancur yang luar biasa.
Salah seorang pendeta agung, Konstantin Tatarintsev mengatakan sejatinya mengagungkan sesuatu yang menabur kematian biasanya tidak diterima. Namun menurutnya, nuklir juga merupakan senjata pertahanan.
Tatarintsev menambahkan pemberkatan itu bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada negara lain yang memiliki senjata sejenis untuk melawan Rusia.
"Memberkatinya bukan agar senjata itu digunakan untuk tujuan tertentu, tetapi agar senjata itu memiliki efek [pertahanan] dan menjamin perdamaian sepenuhnya dapat diterima," kata Tatarintsev dilansir dari Rusia Today International, Senin (12/8).
Tatarintsev juga menyampaikan harapannya agar senjata nuklir tidak akan pernah digunakan karena itu sama saja menciptakan sebuah kerusakan yang besar yang tidak akan diterima oleh pihak mana pun dalam sebuah konflik.
Tatarintsev pun menjelaskan doa yang digunakan untuk memberkati senjata sudah ada sejak abad pertengahan. Doa itu memberikan tanggung jawab spiritual pribadi kepada pemiliknya agar tidak menyalahgunakannya untuk tujuan yang jahat.
"Ketika senjata diberkati, seorang prajurit memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada komandannya, tetapi juga kepada Tuhan," kata dia.
Imam agung itu juga mengatakan bahwa hampir semua senjata, termasuk tiga serangkai nuklir, dapat dianggap 'suci' jika digunakan untuk melindungi negara dan tempat-tempat suci yang terletak di wilayah mereka.
Terpisah, Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill berulang kali meminta umat paroki untuk mendukung pasukan yang terlibat dalam kampanye militer Rusia di Ukraina.
Ia mengatakan para prajurit itu telah mengorbankan nyawa mereka untuk melindungi orang-orang Ortodoks di Donbass.
Bahkan sebelum konflik antara Moskow dan Kyiv pecah pada tahun 2022, Kirill telah menuduh Kyiv menekan dan mendiskriminasi Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) yang notabenenya merupakan gereja terbesar di negara iru.
Kirill kemudian menuding dan mengungkit serangan fisik terhadap para pemimpin gereja, relik, dan tempat ibadah.
Kyiv pun akhirnya menanggapi hal itu dengan memasukkan Kirill ke dalam daftar orang yang dicari, karena diduga melanggar integritas dan kedaulatan teritorial Ukraina.
Otoritas Ukraina juga meningkatkan tindakan keras mereka terhadap UOC, mereka menuduh para pendetanya sebagai 'agen Moskow'.
Tahun lalu, pemerintah Ukraina memperkenalkan sebuah RUU yang akan membuka jalan bagi pelarangan UOC. Namun, undang-undang tersebut telah terhenti sejak saat itu. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net