search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bukan Politik Uang, Ini Makna Tradisi Mapedanan Saat Karya Ngusaba Dini Jagat Nusa
Sabtu, 19 Oktober 2024, 21:28 WITA Follow
image

beritabali/ist/Bukan Politik Uang, Ini Makna Tradisi Mapedanan Saat Karya Ngusaba Dini Jagat Nusa.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Beredar video calon gubernur Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah membagi-bagikan uang di sebuah pura yang dinarasikan negatif sebagai politik uang menjelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024 mendatang.

Setelah ditelusuri, faktanya video tersebut merupakan salah satu tradisi upacara yang bernama Mapedanan yang dilakukan di Pura Batu Medawu, Nusa Penida saat Karya Ngusaba Dini Jagat Nusa pada Purnama Kapat, Kamis (17/10/2024) lalu. De Gadjah selaku tokoh kebetulan diundang dan mendapatkan kepercayaan untuk mengikuti prosesi tersebut. 

Mangku Mudana Budhana selaku pemangku di Nusa Penida mengklarifikasi hal itu dan menjelaskan apa sebenarnya makna tradisi Mapedanan. Menurutnya, saat Karya Ngusaba Dini Jagat Nusa dilakukan upacara persembahyangan terhadap Ida Bhatara Bhatari Sajebag Jagat Nusa Penida, dan Kahyangan Tiga.

Di dalam proses upacara bakti Ida Bhatara-Bhatari Jagat Nusa Penida, dalam puncak acaranya ada upacara karya Mapedanan. Karya Mepadanan merupakan rangkaian dari Pedudusan Agung, yang dilanjutkan pula dengan upacara Mapedanan. 

"Mapedanan sendiri memiliki artinya memberikan sedekah kepada umat yang sudah lama ngayah, atau berbagi rezeki. Istilahnya uangnya itu dilempar-lempar," jelasnya. 

"Namun tujuannya adalah untuk orang yang sudah lama mengayah. Kalau punia kepada Ida Bhatara. Hal ini untuk memberikan pahala, baik yang menerima atau memberikan," imbuhnya.

"Tradisi ini sudah ada sejak dahulu, kalau ada karya-karya besar. Yang tadi itu, kebetulan pas karya padudusan yang upasaksinya catur.  Berbagi uang dilempar-lempar, kalau zaman dahulu dilakukan Raja atau orang yang memiliki harta, termasuk pemuka adat," ujarnya.

Dikarenakan telah berjalan sejak turun temurun, karya Mapedanan ini kerap dihadiri tokoh-tokoh umat dan pejabat di Bali. Mapedanan sendiri dimaknai sebagai wujud dan simbol kegembiraan. Hal ini karena karya untuk Ida Bhatara-Bhatari dapat berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.

"Momentum ini juga dihadiri pemuka adat dan tokoh-tokoh umat di Bali. Sehingga dalam karya Mapedanan, menekankan kegembiraan baik skala dan niskala. Sebab, Ida Bhatara-Bhatari telah menyaksikan karya sebelumnya berjalan lancar. Ida Bhatara-Bhatari menyatu di sana," tegasnya mantan anggota DPRD Bali ini.

Editor: Robby

Reporter: Gerindra Bali



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami