search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Memanfaatkan Limbah Canang Dalam Perang Melawan DBD Dengan Metode Nusdus
Jumat, 28 Februari 2025, 21:30 WITA Follow
image

beritabali/ist/Memanfaatkan Limbah Canang Dalam Perang Melawan DBD Dengan Metode Nusdus.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Hampir setiap hari masyarakat Hindu Bali melakukan kegiatan upacara keagamaan yang pada akhir kegiatan menghasilkan sampah berupa canangsari. 

Canang sari merupakan salah satu bentuk banten atau persembahan yang paling sederhana, dimana wadah umumnya terbuat dari daun kelapa muda atau janur yang di dalamnya berisi beragam jenis bunga. 

I Made Dwijantara Putra, Yohanes Setiyo, dan Sumiyati dalam artikel berjudul “Pengomposan Sampah Canang dengan Model Pengomposan di Wadah Berbentuk Silinder” yang dipublikasikan pada Jurnal Beta tahun 2020 menyebutkan sampah sisa persembahyangan di Bali terutama di merajan dan pura umat Hindu perhari menghasilkan 2 – 3 kg, khususnya pada hari raya besar umat Hindu meningkat 40 – 50% dari hari biasanya.

Limbah canang ini pada dasarnya menawarkan potensi tersembunyi yang dapat dimanfaatkan dalam perang melawan demam berdarah dengue (DBD) melalui metode nusdus (pengasapan). Upaya ini bukan hanya tentang pemanfaatan limbah dan mengurangi dampak penyakit, tetapi juga tentang menciptakan kesadaran akan nilai limbah dalam konteks budaya dan lingkungan. 

DBD adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak daerah tropis, termasuk Bali. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air. DBD setiap tahun menyebabkan ribuan kasus, dengan dampak yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi. 

Upacara mencari solusi inovatif untuk mengendalikan vektor penyebar penyakit ini menjadi sangat penting. Pemanfaatan limbah canang dapat berperan sebagai solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Menurut Luis Alberto Bertolucci Paes dan kawan-kawan dalam artikel berjudul “Organic solid waste management in a circular economy perspective – A systematic review and SWOT analysis” yang dipublikasikan di Journal of Cleaner Production tahun 2019, pengelolaan sampah organik melalui prinsip-prinsip ekonomi sirkular dapat meningkatkan kualitas lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menciptakan lapangan kerja dan peluang investasi, tetapi menghadapi tantangan logistik dan kurangnya standar teknis.

Limbah canang, yang terdiri dari berbagai jenis bunga memiliki komponen aktif yang dapat dimanfaatkan dalam metode pengendalian DBD. Bunga-bunga seperti kenanga, kembang kertas, bunga gumitir, dan kembang rampe yang sering digunakan dalam canang, tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung senyawa alami yang dapat berfungsi sebagai pengusir nyamuk. 

Dalam konteks ini, metode Nusdus—yang merujuk pada pengasapan dengan menggunakan bahan-bahan alami—menawarkan pendekatan yang efektif untuk memanfaatkan limbah canang sebagai alat pengendalian vektor penyakit.

Metode Nusdus tidak hanya mengandalkan pengasapan untuk membunuh atau mengusir nyamuk, tetapi juga memanfaatkan aroma yang dihasilkan dari bahan-bahan alami. Ketika limbah canang dibakar, senyawa aromatik yang dilepaskan dapat mengganggu kemampuan nyamuk untuk menemukan mangsanya, sehingga mengurangi risiko penularan penyakit. Selain itu, penggunaan limbah canang dalam pengasapan juga mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembuangan limbah yang tidak terkelola.

Namun, pemanfaatan limbah canang sebagai bahan Nusdus bukan tanpa tantangan. Pertama, ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah dengan cara yang berkelanjutan. Banyak orang masih melihat limbah canang sebagai sampah belaka, tanpa menyadari nilai yang terkandung di dalamnya. 

Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan tentang cara mengolah limbah canang menjadi bahan pengasapan yang efektif sangat penting. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga penelitian diperlukan untuk mengembangkan protokol yang jelas dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah ini.

Kedua, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi komponen aktif dalam berbagai jenis bunga yang digunakan dalam canang. Setiap jenis bunga mungkin memiliki efek yang berbeda terhadap nyamuk, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang ini dapat meningkatkan efektivitas metode Nusdus. Penelitian ini juga dapat membuka peluang untuk inovasi baru dalam pengendalian DBD yang lebih ramah lingkungan.

Dengan memanfaatkan limbah canang sebagai sumber daya dalam pengendalian DBD, kita tidak hanya berupaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga mengapresiasi dan menjaga warisan budaya Bali. Upaya ini akan menciptakan sinergi antara pelestarian budaya dan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Dalam konteks yang lebih luas, model pengelolaan limbah ini dapat diterapkan di daerah lain yang menghadapi tantangan serupa, memperkuat ide bahwa limbah bisa menjadi sumber daya, bukan beban.

Potensi Limbah Canang Dalam Pengendalian DBD

Beragam komponen aktif limbah canang dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai alat untuk pengendalian DBD dan memberikan alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berbagai bunga yang digunakan dalam canang, seperti melati (Jasminum sambac) dan kenanga (Cananga odorata), mengandung minyak esensial yang memiliki sifat insektisida. Minyak ini dapat mengusir nyamuk berkat aroma dan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. Misalnya, minyak esensial dari kenanga menunjukkan aktivitas repellent yang signifikan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Senyawa aromatik yang dihasilkan saat limbah canang dibakar, seperti linalool dan geraniol, terbukti efektif dalam mengganggu kemampuan nyamuk untuk menemukan mangsa. Aroma yang kuat dari senyawa ini dapat mengalihkan perhatian nyamuk, sehingga mengurangi kemungkinan gigitan kepada manusia. Banyak bunga dalam canang juga mengandung flavonoid, senyawa alami yang memiliki sifat antimikroba. Flavonoid seperti quercetin dapat menghambat pertumbuhan larva nyamuk, sehingga mengurangi populasi mereka. Senyawa ini juga berperan dalam meningkatkan efektivitas pengendalian penyakit.

Tanin yang terdapat dalam beberapa jenis daun, memiliki sifat astringent dan dapat berkontribusi pada efektivitas insektisida. Senyawa ini dapat mengganggu proses reproduksi nyamuk dan mengurangi jumlah telur yang dihasilkan, sehingga berdampak pada penurunan populasi. Sedangkan daun pandan memiliki aroma khas dan sering digunakan sebagai bahan pengusir serangga alami. Kombinasi dari berbagai bahan ini tidak hanya memberikan fungsi estetis dalam upacara, tetapi juga berpotensi memiliki manfaat kesehatan dan pengendalian hama.

Limbah canang mempengaruhi vektor penyakit, terutama nyamuk Aedes aegypti, melalui beberapa mekanisme yang saling terkait. Ketika limbah canang dibakar, aroma yang dihasilkan dari minyak esensial dan senyawa aromatik menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi nyamuk. 

Aroma ini dapat mengganggu kemampuan nyamuk untuk merasakan dan menemukan mangsa, sehingga mengurangi frekuensi gigitan. Senyawa aktif dalam limbah canang berfungsi sebagai insektisida alami, membunuh larva nyamuk dan mengurangi populasi secara keseluruhan. Dengan pengasapan limbah canang, senyawa ini dapat disebarkan ke area yang terinfeksi, memberikan efek jangka panjang dalam menekan pertumbuhan vektor.

Senyawa flavonoid dan tanin memiliki dampak langsung terhadap reproduksi nyamuk. Ketika terpapar, nyamuk dapat mengalami penurunan kemampuan untuk menghasilkan telur, yang secara signifikan mengurangi angka kelahiran larva baru. Hal ini berkontribusi pada pengurangan populasi nyamuk dalam jangka panjang. 

Pemanfaatan limbah canang sebagai metode pengendalian DBD juga berfungsi sebagai alat pendidikan bagi masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan limbah canang akan lebih memahami pentingnya menjaga lingkungan dan kesehatan. Kesadaran ini dapat mendorong tindakan kolektif dalam upaya pencegahan DBD.

Metode Nusdus : Inovasi Dalam Pengelolaan Limbah

Metode Nusdus adalah pendekatan inovatif dalam pengelolaan limbah yang berasal dari tradisi lokal, khususnya di Bali. Metode ini berfokus pada pemanfaatan bahan-bahan alami, termasuk limbah dari upacara keagamaan, untuk tujuan kesehatan dan lingkungan. 

Metode Nusdus menekankan pemanfaatan bahan alami yang sering kali terabaikan, seperti limbah canang. Ini bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga memanfaatkan potensi kesehatan dari bahan-bahan tersebut.

Salah satu teknik utama dalam metode Nusdus adalah pengasapan. Dengan membakar limbah canang, aroma yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai pengusir serangga dan meningkatkan kualitas udara, sambil menciptakan suasana yang lebih bersih. Metode ini dirancang untuk menjadi ramah lingkungan, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, dan mendorong pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Metode Nusdus juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan melibatkan komunitas dalam pengelolaan limbah, metode ini menciptakan kesadaran akan pentingnya lingkungan dan kesehatan. Secara keseluruhan, metode Nusdus adalah solusi holistik yang menggabungkan tradisi, keberlanjutan, dan kesehatan masyarakat. Subhasish Das dan kawan-kawan dalam artikel “Solid waste management: Scope and the challenge of sustainability” yang dipublikasikan di Journal of Cleaner Production tahun 2019 menyatakan strategi pengelolaan limbah padat dapat mencapai keberlanjutan melalui prinsip-prinsip pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang, dengan posisi geografis dan status ekonomi yang memainkan peran kunci dalam karakteristik limbah.

Implementasi metode Nusdus pada limbah canang melibatkan beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Langkah awal dimulai dengan melakukan pengumpulan limbah canang. Masyarakat diinstruksikan untuk mengumpulkan limbah canang setelah upacara. Limbah ini harus dipisahkan dari jenis limbah lain untuk menjaga kualitas dan efektivitas pengelolaan. Setelah pengumpulan, limbah canang perlu dikeringkan untuk mengurangi kelembapan. Proses ini penting agar limbah dapat terbakar dengan baik dan menghasilkan aroma yang optimal saat diasapi.

Langkah berikutnya adalah persiapan tempat pengasapan. Menyiapkan area khusus untuk pengasapan, seperti ruang terbuka atau halaman, agar asap dapat tersebar dengan baik. Pastikan area tersebut aman dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Guna melakukan pengasapan di dalam rumah dapat menggunakan barang bekas, seperti panic yang sudah tidak terpakai. Limbah yang telah dikeringkan dapat dibakar dalam wadah yang aman. Selama proses ini, masyarakat dapat mengatur teknik pengasapan untuk memastikan asap yang dihasilkan cukup untuk mengusir serangga dan memberikan manfaat kesehatan.

Kendati teknik nusdus merupakan kebiasaan masyarakat Bali jaman dahulu, tetapi upaya edukasi dan pelatihan tetap diperlukan. Ini dapat mencakup informasi tentang komponen aktif dalam limbah dan cara mengoptimalkan pengasapan. Setelah implementasi, penting untuk melakukan monitoring untuk mengevaluasi efektivitas metode Nusdus dalam mengendalikan serangga dan meningkatkan kesehatan lingkungan. Umpan balik dari masyarakat juga penting untuk perbaikan berkelanjutan. 

Dengan langkah-langkah ini, metode Nusdus dapat diimplementasikan secara efektif, memanfaatkan limbah canang sebagai sumber daya untuk kesehatan dan lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Pemanfaatan limbah canang melalui metode Nusdus menawarkan banyak potensi, tetapi juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Hambatan yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah canang salah satunya rendahnya tingkat kesadaran dalam pemanfaatan limbah canang. Banyak masyarakat masih melihat limbah canang sebagai sampah biasa tanpa memahami nilai dan potensi yang terkandung di dalamnya. Kurangnya edukasi tentang manfaat penggunaan limbah canang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan.

Permasalahan berikutnya adalah pengelolaan limbah yang tidak teratur. Proses pengumpulan dan pengelolaan limbah canang sering kali tidak terorganisir. Tanpa sistem yang jelas, limbah dapat menumpuk dan menjadi masalah lingkungan, daripada menjadi sumber daya. Selain itu terdapat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan. Masyarakat mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan metode Nusdus secara efektif. Pelatihan dan pendidikan yang memadai diperlukan agar masyarakat dapat melaksanakan teknik pengasapan dengan benar.

Terkadang, ada regulasi yang menghambat praktik pengelolaan limbah yang tidak konvensional. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung dapat mengurangi insentif bagi masyarakat untuk mengadopsi metode ini. Contohnya adanya larangan untuk membakar sampah, apalagi praktik nusdus masih dipandang sebagai tindakan membakar sampah. 

Tantangan berikutnya adalah adanya variasi dalam kualitas limbah. Kualitas limbah canang dapat bervariasi tergantung pada jenis bunga dan daun yang digunakan. Variasi ini dapat mempengaruhi efektivitas metode Nusdus dalam mengendalikan serangga dan meningkatkan kesehatan lingkungan. 

Meskipun terdapat tantangan, ada banyak peluang untuk penelitian dan pengembangan yang dapat diambil untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah canang. Beberapa rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dan potensi pengembangan aplikasi kesehatan dari limbah canang meliputi riset tentang komponen aktif dan inovasi dalam teknik pengasapan Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi dan memahami komponen aktif dalam berbagai jenis bunga dan daun yang digunakan dalam limbah canang. 

Ini bisa mencakup studi tentang efektivitas senyawa tertentu dalam mengusir nyamuk dan membunuh larva. Mengembangkan teknik pengasapan yang lebih efisien dan aman juga menjadi sebuah kebutuhan . Penelitian dapat fokus pada metode yang meminimalkan risiko kesehatan bagi pengguna dan lingkungan, serta meningkatkan daya tahan aroma yang dihasilkan.

Kebutuhan kedepan juga terkait edukasi dan pelatihan berbasis komunitas. Mengembangkan program edukasi dan pelatihan yang berbasis pada komunitas untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pemanfaatan limbah canang. Ini dapat melibatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan organisasi non-pemerintah. 

Terdapat juga kebutuhan untuk melakukan studi kasus dan evaluasi efektivitas. Melakukan studi kasus untuk mengevaluasi efektivitas metode Nusdus dalam berbagai konteks. Penelitian semacam ini dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk mendukung adopsi metode ini oleh lebih banyak komunitas.

Kebutuhan penelitian berikutnya mengenai pengembangan kebijakan yang mendukung. Mendorong pengembangan kebijakan yang mendukung pengelolaan limbah ramah lingkungan, termasuk metode Nusdus. Kerjasama dengan pemerintah lokal dan lembaga terkait dapat membantu menciptakan kerangka kebijakan yang lebih menguntungkan. 

Hal penting berikutnya adalah kolaborasi multidisipliner. Menggalang kolaborasi antara ilmuwan, praktisi kesehatan, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang lebih holistik. Pendekatan multidisipliner dapat menghasilkan inovasi baru dalam pemanfaatan limbah canang untuk kesehatan masyarakat. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang penelitian dan pengembangan, pemanfaatan limbah canang melalui metode Nusdus dapat menjadi solusi yang berkelanjutan dan efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjaga lingkungan.

Penulis: 

I Nengah Muliarta
Akademisi Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami