search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
375 Siswa SMP di Buleleng Belum Bisa Calistung Jalani Tes Kecerdasan
Rabu, 7 Mei 2025, 14:28 WITA Follow
image

beritabali/ist/375 Siswa SMP di Buleleng Belum Bisa Calistung Jalani Tes Kecerdasan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Sebanyak 375 siswa SMP di Buleleng yang belum mampu membaca, menulis, dan menghitung (calistung) menjalani tes kecerdasan pada Rabu (7/4).

Tes tersebut dilaksanakan di SMP Negeri 1 Singaraja, dengan melibatkan tim psikolog dari Pradnyagama. Ratusan siswa ini berasal dari beberapa sekolah di sembilan kecamatan di Buleleng, yang duduk di kelas VII, VIII, dan IX.

Psikolog RSUP Prof Ngoerah Denpasar sekaligus Founder Pradnyagama, Retno Indaryati Kusuma mengatakan, tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan siswa. Dari hasil tes, akan diketahui apakah ketidakmampuan calistung disebabkan oleh intelektual di bawah rata-rata atau gangguan disleksia.

"Sudah kelihatan secara fisik. Kalau orang awam mungkin melihat mereka normal-normal saja. Mereka memang tidak ada masalah dengan gangguan fisik, tetapi kemampuan mereka untuk menalar dan logika berpikirnya agak lambat. Makanya sampai SMP mereka belum bisa baca tulis," terang Retno.

Retno menegaskan, penyebab keterlambatan ini bukan karena kurangnya dukungan orangtua atau pengaruh gadget, tetapi faktor genetik bawaan.

"Dari sononya memang sudah lambat. Ibaratnya kalau orang normal lahir dengan mesin 3.500 cc sementara mereka 1000 cc. Bisa jalan, tapi tidak bisa naik gunung. Akhirnya mereka cuma di dasar aja, tersendat-sendat tidak bisa naik gunung," terangnya.

Retno merekomendasikan siswa dengan intelektual di bawah rata-rata agar belajar di sekolah inklusi atau SLB, yang menggunakan kurikulum non akademik. Dengan demikian, mereka bisa dilatih keterampilan dan kemandirian sesuai minat dan bakat.

Ia juga mengkritisi anggapan orangtua yang masih enggan menyekolahkan anaknya di SLB karena stigma.

"Kalau sekolah reguler kita tahu sendiri kurikulumnya seperti apa. Jadi mereka memang harus di sekolah khusus. Sehingga di sekolah itu mereka tidak perlu logika dan penalaran. Hanya perlu dilatih keterampilan dan kemandiriannya," jelasnya.

Sementara itu, Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra menyebut hasil tes ini akan menjadi bahan bagi pemerintah menentukan langkah ke depan dalam menangani siswa yang belum mampu calistung. Deteksi dini juga akan terus dilakukan mulai dari siswa SD.

"Orangtuanya juga nanti akan kami sampaikan. Sehingga anak-anak ini dapat diterima di lingkungannya. Mereka lahir dengan keterbatasan, harus kita terima. Nanti akan kami kaji, langkah apa yang harus kami ambil agar kedepan mereka bisa mandiri," katanya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rat



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami