Rusia Soal Kemungkinan Ukraina Masuk NATO: Bisa Jadi 'Kiamat' Eropa
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Rusia mengeluarkan peringatan keras usai Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) memastikan Ukraina akan menjadi anggota aliansi tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan rencana tersebut sangat "berbahaya". Ia pun menegaskan langkah itu bisa menyebabkan 'kiamat' bagi aliansi militer Eropa.
"Pernyataan [mengenai rencana Ukraina bergabung dengan NATO] semacam itu picik dan benar-benar berbahaya. Ini dapat menyebabkan akhir dan keruntuhan bagi sistem keamanan Eropa," kata Zakharova, Jumat (21/4).
Zakharova menuding NATO berusaha mengompori Ukraina untuk mengalahkan Rusia dengan mengiming-imingi Kyiv bisa bergabung ke dalam aliansi setelah perang berakhir.
"NATO menetapkan tujuan untuk 'mengalahkan' Rusia di Ukraina, dan untuk memotivasi Kyiv, NATO berjanji bahwa setelah berakhirnya konflik, negara itu bisa diterima ke dalam aliansi," ujarnya seperti dikutip CNN.
Sejak awal invasi, Rusia memang menolak keras rencana Ukraina bergabung dengan NATO. Ini juga lah yang menjadi salah satu alasan Kremlin menginvasi Ukraina, yakni karena takut negaranya dikelilingi anggota NATO.
Kekhawatiran Rusia ini pun semakin menjadi-jadi setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan bahwa masa depan Ukraina ada bersama NATO.
Stoltenberg menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi ibu kota Ukraina untuk pertama kalinya sejak invasi pada Kamis (20/4).
"Tempat yang tepat bagi Ukraina adalah di NATO. Seiring waktu, dukungan kami akan membantu untuk mewujudkannya," kata Stoltenberg dikutip dari Reuters, Kamis (20/4).
Sehari setelahnya, Stoltenberg bahkan menyampaikan bahwa semua anggota NATO telah sepakat agar Ukraina bergabung dengan mereka. Meski begitu, dia tak memberikan tanggal pasti kapan hal itu terjadi.
"Semua anggota NATO telah setuju Ukraina akan menjadi anggota. Presiden Volodymyr Zelensky memiliki harapan jelas soal ini, kami telah mendiskusikannya," kata Stoltenberg pada Jumat (21/4), jelang pertemuan menteri pertahanan negara NATO di Ramstein, Jerman.
"Kedua isu yakni keanggotaan dan jaminan keamanan dan tentunya kebutuhan keamanan Ukraina. Karena tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana perang ini akan berakhir. Tapi, yang kami tahu adalah ketika perang berakhir, kami harus memastikan sejarah tidak terulang," paparnya menambahkan.
Ukraina sendiri sejak lama sudah mendamba-dambakan masuk ke dalam keanggotaan NATO. Meski secara prinsip NATO sudah setuju Ukraina bergabung pada 2018, aliansi itu tidak pernah memberikan jalur resmi bagi Kyiv untuk mengurus keanggotaan.
Adanya invasi Rusia di Ukraina pun membuat prospek negara itu menjadi anggota NATO kian pelik. Sebab, Moskow mengultimatum jika Ukraina masuk NATO maka akan menyebabkan konfrontasi langsung dengan Rusia.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net