Anies Cerita Drama Panas Cawapres AHY Berujung Deklarasi Cak Imin
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Bakal calon presiden Anies Baswedan mengatakan nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah dibicarakan sebagai pendampingnya sejak Juni.
Ia mengaku saat itu telah melaporkan hal tersebut kepada tiga partai koalisi, NasDem, PKS dan Demokrat.
"Saya sampaikan kepada Pak Surya Paloh, PKS maupun Demokrat, bahwa dari semua opsi wakil yang ada, yang tersedia sekarang adalah AHY," kata Anies dalam tayangan Mata Najwa, Selasa (4/9) malam.
Menurut Anies, ketika mendengar nama AHY, Surya Paloh tidak menolak, namun, Ketua Umum NasDem itu mengatakan opsi tersebut bisa diambil di ujung pencalonan.
"Pak Surya Paloh ketika mendengar itu, beliau tidak menolak, tapi beliau mengatakan begini 'itu adalah opsi yang boleh kita lakukan pencalonan di ujung, tapi tidak sekarang'. PKS memahami bahwa pilihannya memang AHY, yang tersedia AHY, lalu Demokrat juga gitu," kata Anies.
Ketika itu, Anies mengatakan pembicaraan soal cawapres akan kembali dilakukan setelah dirinya naik haji.
"Sesudah pulang haji, mulai dari sisi Demokrat berharap itu segera dideklarasikan, segera disepakati, dari sisi NasDem tidak bersedia," kata dia.
"Nama itu tidak ditolak, tapi tidak dideklarasikan sekarang. Dicoba dicari penjembatan," imbuh dia.
Ia mengatakan ketidaksepakatan itu menemui puncaknya pada Selasa (29/8). Menurutnya, di Tim 8 sempat terjadi diskusi yang cukup panas bahkan sampai menggebrak meja.
"Utusan Demokrat dan utusan NasDem terjadi perbedaan pandangan yang sangat keras, bahkan sampai gebrak meja di situ. Apa perbedaannya? Demokrat menginginkan ditetapkan segera, NasDem menginginkan ditetapkan nanti sambil menunggu siapa tahu ada opsi lain," kata dia.
Ia mengatakan pertemuan tim 8 itu buntu, selain itu ada pernyataan bahwa Demokrat dipersilakan jika mau mencoba opsi lain.
"Itu kan dalam percakapan di tim 8 ada. Bukan keluar koalisi, mereka akan coba exercise lain. Ini mereka menunggu, kapan ini keputusannya. Di sisi lain NasDem bukan menolak AHY, tapi tidak mau dideklarasikan segera," katanya.
Di sisi lain, Anies mengatakan ketika pertemuan itu buntu, ia ditelepon untuk datang ke Kantor NasDem pada Selasa malam. Di sana, ia bertemu dengan Ketum NasDem Surya Paloh.
"Malam itu saya sedang dalam perjalanan, dilaporin pertemuan (Tim 8) yang hasilnya buntu. Saya mendapat telepon dari kantor NasDem, diminta untuk ke kantor NasDem," kata Anies.
Saat itu, ia mengaku bertemu dengan Ketum NasDem Surya Paloh. Menurutnya, saat itu Surya Paloh dihadapkan pada dua pilihan.
Pertama, berunding dengan PKS dan Demokrat, lalu kemudian bersepakat dengan PKB. Risikonya, PKB bisa saja diajak oleh koalisi lain.
Kedua, langsung membuat kesepakatan dengan PKB. Risikonya, PKS dan Demokrat bakal merasa dilewati karena tidak diajak bicara.
Menurut Anies, Surya Paloh memilih opsi kedua.
"Ini sebuah ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi ambil kesepakatan dulu, terus kemudian jelaskan, memang ada risiko, risikonya ada perasaan seperti dilewatkan, ditinggalkan," kata Anies.
Malam itu, Anies dan utusannya di Tim 8 lalu mengontak utusan PKS dan Demokrat untuk bertemu. Namun hingga dini hari, tidak ada jawaban.
"Lalu besok paginya Pak Sudirman bertemu dengan Pak Sohibul Iman dari PKS dan Pak Iftitah dari Demokrat, menyampaikan progres ini. Tujuannya untuk saya bertemu, mendiskusikan soal ini," kata dia.
Menurutnya, pihaknya lalu bertemu dengan perwakilan PKS. Ketika itu, PKS merespons positif ada partai baru di koalisi.
Namun, secara prosedural, PKS merasa tidak suka cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi dengan partai koalisi.
Di sisi lain, ia mengatakan saat itu tidak bisa bertemu dengan Demokrat.
"Rabu (30 Agustus) malam itu tidak dapat waktu, ya sudah kalau gitu kita cek besoknya, pagi tetap tidak ada kabar, akhirnya Kamis pagi saya putuskan ke Jombang, karena siang akan pulang. Ketika di sana, kami dapat kabar diterima jam 4 sore, tapi karena pesawat delay, digeser jam 6, kemudian pertemuan digeser lagi jam 7, dan akhirnya tidak jadi bertemu, dibatalkan pertemuannya," katanya.
Demokrat sebelumnya memutuskan untuk mencabut dukungan kepada Anies dan memilih keluar dari KPP.
Keputusan diambil usai Anies memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden.
Demokrat merasa dikhianati. Pasalnya, Anies dan NasDem sudah menandatangani piagam kesepakatan bersama dengan Demokrat, NasDem dan PKS. Tetapi Anies dan NasDem justru membuat kerja sama baru.
Selain itu, Demokrat juga mengungkapkan bahwa Anies pernah meminta AHY untuk menjadi cawapres pendampingnya di Pilpres 2024 mendatang. Permintaan dilakukan melalui panggilan telepon pada 12 Juni dan surat tertulis pada 25 Agustus.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net