search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengenal Masriadi, Seniman Satu Juta Dolar asal Bali
Kamis, 15 September 2022, 21:19 WITA Follow
image

bbn/Solopos.com/Mengenal Masriadi, Seniman Satu Juta Dolar asal Bali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

I Nyoman Masriadi adalah seniman lukus yang namanya sudah mendunia. seniman besar asal Bali ini Disebutkan dalam tulisan pengamat seni Mike Susanto.Masriadi ialah salah satu pelukis Indonesia yang berbakat, karena karyanya pernah terjual hingga US$1 juta di Balai Lelang Sotheby Hong Kong.

Nilai itu sungguh fantastis, setara Rp 13 miliar. Tapi ketika ditemui CNN Indonesia di Masriadi Art Foundation (MAF), Yogyakarta, pada Jumat (26/6), sosok Masriadi jauh dari kesan menghalalkan uang.

Pria ini tidak banyak bicara mengenai prestasinya. Kepada CNN Indonesia yang mewawancarainya di dapur MAF, dia malah bicara mengenai tanaman, permainan komputer dan tayangan flora fauna di televisi.

Masriadi lahir di Gianyar, Bali, pada 1973. Pria beristri dengan tiga orang anak ini bercerita, ia mengawali karier seninya ketika menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta pada 1993.

Walau belum sempat lulus kuliah, Masriadi mengaku, seorang seniman perlu menempuh pendidikan di sekolah seni sebelum ia terjun ke dunia seni.

"Berkesenian itu tidak sekedar bakat, namun juga pergaulan, yang bisa didapat dari sekolah seni. Dengan pergaulan, kita bisa masuk ke dalam lingkaran berkesenian. Dari situ karya dan nama kita dipertaruhkan, apakah nantinya terpandang atau tidak," kata Masriadi.

"Teman-teman di lingkaran berkesenian pasti akan sangat membantu apa pun yang kita perbuat," lanjut Masriadi.

Sambil mengisap rokoknya dan meneguk soda dingin dari kaleng minumannya, Masriadi mengenang kisahnya dulu semasa kuliah di ISI. Dari berbagai pengalaman konyol yang ia ceritakan, salah satu yang disesalinya hanya satu: mengapa ia tidak mendokumentasikan semua karya-karya awal kariernya.

"Semua karya yang saya buat sewaktu kuliah saat ini sudah entah ke mana. Beberapa ada di teman saya bahkan sudah ada yang sampai di tangan kolektor. Hahaha. Ya, tidak apa-apalah, anggap saja amal," ujar Masriadi santai sambil tertawa.

Pria yang pandai melukis namun tidak andal memasak ini memang memiliki pribadi yang nrimo. Ia bahkan menganggap kariernya sebagai pelukis adalah sebuah terapi psikologi untuk mengungkapkan ekspresi yang terpendam di dalam dirinya.

"Orang-orang menganggap karya saya bernada satir dan penuh kritik. Saya memang banyak terinspirasi membuat karya parodi, tapi saya tidak pernah membentuknya seperti itu," kata Masriadi.

"Saya bahkan tidak terpikir untuk membuat lukisan dengan penuh amanat untuk orang lain. Jika banyak orang menilai karya saya ini itu ya mau gimana lagi, anggap saja bonus," lanjut Masriadi sambil menyengir.

Masriadi menambahkan, kalau berkarya itu harus dari dalam hati, tidak perlu dipaksakan.

"Mengkritik keadaan melalui karya boleh-boleh saja, tapi harus tahu konsekuensinya lho. Di luar sana tidak semua orang sepemikiran dengan kita," ujar Masriadi.

Bertambahnya umur, dikatakan Masriadi adalah faktor yang membuatnya kini lebih santai dalam berkarya, meski ia juga masih tetap pusing saat harus menyelesaikan lukisan-lukisan yang akan dipamerkan.

"Jika mengingat masa lalu, saya rindu dengan diri saya yang dulu, yang lebih ngawur, yang tetap bisa ngelukis walau dengan cat seadanya. Mungkin saat ini yang sedang saya jalani adalah proses diri saya yang baru," kata Masriadi.

Masriadi telah menyelenggarakan pameran tunggalnya, pada 2008, yang bertajuk Black is My Last Weapon di Singapore Art Museum, dan pada 2011, yang bertajuk Recent Paintings di Paul Kasmin Gallery New York.

Ia pun pernah mendapat penghargaan dari Asia Society Art Gala Hong Kong, pada 2013.

Di antara kesibukannya menyiapkan pameran tunggal baru dan mengurus MAF, Masriadi masih menyempatkan diri melakukan "hal-hal remeh" yang baginya menyenangkan, seperti merawat pohon, bermain game komputer Diablo dan Dota serta menonton kehidupan flora dan fauna di saluran televisi Discovery Channel dan National Geographic.

Ditanya apakah dirinya masih suka terbangun di tengah malam ketika mendapat inspirasi untuk melukis, penggemar grup band Slank ini menjawab dengan lugas, "Tidak pernah tuh. Tidur ya, tidur aja, kan besok masih bisa dikerjakan. Hahaha."

"Melukis itu hobi, bermain game adalah pekerjaan sampingan. Hahaha," lanjut Masriadi sambil tertawa puas. (Sumber: CNN Indonesia)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami