Pergantian Musim Tidak Teratur di Indonesia, Apa Penyebabnya?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Akhir-akhir ini banyak yang merasakan pergantian musim tidak teratur di mana musim hujan yang kering dan musim kemarau yang basah karena turun hujan.
Parahnya, perubahan iklim yang terjadi adalah akibat dari ulah manusia dengan segala aktivitasnya yang penuh dengan polusi atau racun udara.
Apa Itu Perubahan Iklim?
Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
Sementara menurut PBB, perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas.
Manusia Punya Andil Besar dari Perubahan Iklim
Bahan bakar fosil digunakan oleh manusia untuk transportasi dan pembuatan energi. Pengaruhnya pun sangat besar terhadap perubahan iklim sebab dapat menimbulkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi memiliki efek seperti rumah kaca dimana panas matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Tak hanya penggunaan energi fosil, gaya hidup manusia juga berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Penggunaan barang elektronik, bepergian, dan jumlah makanan yang dikonsumsi juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Gaya hidup pada akhirnya berpengaruh besar terhadap perubahan iklim. Berdasarkan riset, satu persen dari orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas polusi karbon dua kali lipat lebih banyak dari populasi dunia.
Diperparah dengan penyerapan emisi gas rumah kaca yang semakin minim akibat penebangan pohon membuat bumi kian panas.
Saat bumi makin panas, akan memengaruhi suhu muka laut yang dapat membuat transisi perubahan cuaca menjadi kacau.
Misalnya saja saat pergantian musim ke kemarau yang ditandai dengan suhu muka laut yang lebih dingin, namun karena bumi panas menyebabkan suhu muka laut meningkat. Saat itulah penguapan menjadi lebih banyak sehingga hujan tetap turun saat masuk musim kemarau. Akibatnya pergantian ke musim hujan pun akan bergeser. (sumber:cnbcindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net