Viral Siswi Kuasai 4 Bahasa Asing, Ortu Sempat Bilang Tak Waras
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Anggun Fitriani (16 tahun), siswi kelas 1 SMA di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima viral di media sosial. Dia menyedot perhatian warganet karena kemampuannya menggunakan empat bahasa asing sekaligus.
Dalam video yang beredar di media sosial, Anggun Fitriani memperkenalkan diri dalam 4 bahasa sekaligus yakni Jerman, Jepang, Korea dan Inggris. Dari empat bahasa tersebut, Bahasa Jerman disebut-sebut sebagai bahasa yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi.
Tapi tidak bagi Anggun, yang terdengar begitu fasih mengenalkan dirinya dalam sebuah video. Anggun memperkenalkan diri diambil dalam suatu kegiatan.
Hingga saat ini, video yang berdurasi 1 menit 56 detik itu telah dibagikan secara berantai oleh netizen sebanyak 417 kali, mendapat 339 like, dengan puluhan komentar positif.
Viralnya Anggun Fitriani membuat bangga kedua orang tuanya. Sebab dia viral karena melakukan sesuatu yang positif, bukan tindakan negatif. Kebanggaan itu dirasakan pasangan Herman Prasetyo dan Endang Fitriani, orang tua Anggun.
Mereka bersyukur video yang viral bukan aksi joget-joget atau perbuatan yang tercela, tapi unjuk kemampuan sang anak menggunakan 4 bahasa asing sekaligus.
"Iya, kaget juga lihat anak viral di medsos. Yang penting bukan yang aneh-aneh," ujarnya saat diwawancarai wartawan via ponsel.
Menurut sang ayah, anaknya tersebut sudah menunjukkan ketertarikan pada bidang bahasa sejak masih duduk di bangku kelas VI SD.
"Sering-sering dengar lagu luar negeri gitu," ungkapnya.
Herman juga menceritakan, dirinya pernah mengomeli sang anak lantaran kerap bernyanyi menggunakan bahasa yang tidak ia pahami tengah malam.
"Saya pikir dia tidak waras, jadi sering saya omelin. Ternyata dia nyanyi itu untuk belajar bahasa," akunya.
Meski telah viral, Herman meminta kepada anaknya untuk tidak lekas puas dengan kemampuan yang dimiliki. Bahkan Herman mengaku, ingin anaknya mengikuti kelas atau kursus bahasa agar kemampuan yang dimiliki saat ini lebih terasah. Hanya saja secara ekonomi, ia dan istri tidak mampu jika harus membayar kelas khusus.
"Kami hanya pedagang kecil. Pergi pagi, pulang sore dengan pendapatan pas-pasan untuk sehari-hari," akunya, dikutip Tribun Lombok.
Ia berharap, ada perhatian pemerintah dengan potensi dan bakat yang dimiliki sang anak sehingga mendapatkan bantuan pendidikan khusus.
Editor: Robby
Reporter: bbn/lom