Apakah Cinta Sejenis Itu Berbahaya?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sebuah surat elektronik atau email muncul di notifikasi. Rupanya seorang perempuan muda, 22 tahun, bernama Eni, mengaku dari Bandung, menuliskan pertanyaan seperti ini.
Dok, mumpung lagi banyak berita tentang LGBT, aku jadi ingin bertanya tentang diriku. Aku sudah pernah beberapa kali pacaran dengan laki-laki, yang kujalani biasa saja, layaknya perempuan lain. Termasuk saat berhubungan seksual. Tetapi aku sekarang pacaran sejenis dengan seorang perempuan teman sekantor. Bersamanya aku menikmati rasa sayang dan ada kenikmatan saat bercinta yang berbeda dan lebih dari yang sudah-sudah. Apakah aku ini homoseksual, dan apakah menjalankan hubungan sejenis seperti ini masih wajar dan tidak berisiko, Dok? Atau aku perlu berubah?
Begini, seseorang disebut berorientasi homoseksual jika hanya tertarik dan terangsang terhadap yang sesama jenis kelamin dan malah tidak tertarik dan tidak terangsang terhadap lawan jenis. Akibatnya, dia tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.
Untuk yang sesama perempuan, lebih dikenal dengan istilah lesbian. Kalau dilihat dari kasus ini, di mana sebelumnya dapat melakukan dan menikmati hubungan seksual dengan laki-laki yang dipacari, maka cinta sejenis yang kini dijalani sebenarnya bukanlah homoseksual murni, tetapi lebih cenderung dapat dianggap sebagai seorang biseksual. Atau orientasi seksual ganda, bisa kepada laki-laki dan perempuan.
Homoseksual, biseksual dan heteroseksual adalah orientasi seksual. Itu artinya adalah sebuah pilihan, yang tergantung dari penyebabnya. Penyebabnya ada beberapa faktor.
Pertama, faktor biologi, berupa gangguan pada pusat seks di otak atau permasalahan genetik dan kromosomnya. Kedua, faktor psikodinamik, yaitu gangguan perkembangan psikoseksual pada masa kecil. Ketiga, faktor sosiokultural, yaitu kebiasaan yang berakar pada budaya setempat. Keempat, faktor lingkungan, yaitu akibat pengaruh pergaulan atau pengalaman pertama kejadian cinta sejenis.
Pada kasus ini, cinta sejenis yang disampaikan besar kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan, dan bila ditanya apakah mungkin dapat diubah kembali menjadi heteroseksual, tentu saja tidak selalu mudah. Tergantung kemauan, kuatnya pengaruh lingkungan dan penting atau tidaknya diubah.
Kalau penyebab lain, misalnya karena faktor sosiokultural mungkin dapat diubah kalau yang bersangkutan segera keluar atau meninggalkan budayanya, walau ini juga tidak mudah dilakukan karena faktor sosiokultural pada umumnya sudah melekat sejak masa kecil. Kalau karena faktor biologi, misalnya kelainan genetik, sudah dapat dipastikan tidak mungkin dapat diubah menjadi heteroseksual.
Sedang yang karena faktor psikodinamik juga hampir pasti tidak dapat diubah, kecuali didukung oleh kesadaran dan kemauan yang luar biasa. Jadi cinta sejenis itu sesungguhnya adalah lebih ke permasalahan pilihan atau orientasi.
Hanya saja, yang menjalaninya sering kali merasa akhirnya tidak nyaman karena menjadi berbeda dengan orang banyak. Akan terlihat menjadi aneh dan dicap mengalami kelainan oleh masyarakat banyak jika ketahuan, sehingga lebih banyak yang menyembunyikan orientasi seksualnya ini.
Baca juga:
Berhubungan Seks Saat Jam Istirahat Siang
Keinginan itu dapat hilang sama sekali atau tidak, sangat tergantung kepada apa penyebabnya tadi. Apakah cinta sejenis berbahaya?
Sesungguhnya risikonya sama saja dengan hubungan cinta yang biasa, akan dapat muncul problem psikis dan emosional dari hubungan ini dan risiko medis seperti infeksi ringan hingga infeksi menular, jika dilakukan berganti pasangan, selama kontak seksual yang dilakukan tanpa proteksi kondom. Pasangan homoseksual biasanya melakukan hubungan seksual dengan melakukan oral seks, petting (menggesek-gesekkan kelamin atau bercumbu berat) atau menggunakan alat bantu seksual yang disebut sex toys.
Jangan salah, oral seks dan petting juga bisa memunculkan luka lecet atau mikrolesi yang menjadi jalan masuk virus, jamur maupun bakteri yang diidap oleh salah satu pihak diantaranya. Menggunakan alat bantu seksual seperti dildo atau vibratorpun jika tidak bersih dapat menyebabkan infeksi.
Sekali lagi, jika ada yang berniat buat meninggalkan aktivitas cinta sejenis, apa bisa? Kalau penyebabnya "hanya" karena pengaruh lingkungan, keadaan ini dapat diatasi. Selama ada kemauan kuat, pengaruh lingkungan juga bisa dikendalikan dan tetap berupaya mengontrol keinginan untuk konsisten tidak mencoba hubungan dengan sesama jenis. Sebaliknya, jika seandainya ingin dilanjutkan, apa bisa?
Terlepas dari konteks agama atau kepercayaan yang diyakini, melanjutkan menjalankan cinta sejenis bisa saja, selama lingkungan sekitarnya tidak mempermasalahkan dan pelakunya tidak merugikan pihak lain. Karena saat ini sudah makin banyak masyarakat yang bisa tetap toleransi dan lebih menerima perilaku homoseksual.
Tetapi tentu saja menjalankan cinta sejenis memiliki konsekuensi tidak dapat bereproduksi atau memiliki keturunan kandung, dan itu juga adalah pilihan. Seorang lesbian atau seorang gay, tetap bisa sukses di profesi masing-masing yang digelutinya. Ada yang menjadi seniman, penyiar televisi, pengusaha, ataupun menteri.
Bahkan di banyak negara saat ini ada kecenderungan perilaku homoseksual sudah bukan lagi sebuah aib, sebaliknya banyak yang kemudian muncul sebuah trend, akibat banyaknya artis yang secara eksplisist menunjukkan kehomoseksualan mereka. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. It`s your choice.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/oka