Pengerajin Gamelan Bambu Kesulitan Bahan Baku

Sari Mekar

Minggu, 21 Oktober 2007, 09:43 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Pengerajin gamelan dari bambu disebut gerantang dalam sepekan terakhir kesulitan mendapatkan bahan baku untuk memproduksi gamelan tersebut, masalahnya,

 

bambu yang digunakan harus memenuhi standar tersendiri untuk menghasilkan suara yang merdu.


“bambu yang cocok digunakan jenis bambu tabah yang berumur tahunan dan bambu jenis ini harus kering di lokasi penanaman, bukan kering karena dijemur, ini yang manjadi kesulitan kita, di samping itu, harga bambu ini jauh lebih mahal dibandingkan bambu untuk kepentingan lain, “ ungkap Ketut Jingga, Pengerajin Gamelan bambu dari Desa Sari Mekar Kecamatan Buleleng.



Sebelumnya, para pengerajin gamelan bambu memanfaatkan bambu hasil kebun yang ditanam sendiri, namun saat ini para petani untuk mendapatkan produksi gamelan yang bagus dan baik harus mencari bambu hingga ke luar Buleleng. “kondisi ini sering kami alami dimana permintaan stabil, tapi kendalanya sulit dapat bambu, walaupun ada harganya mahal mencapai Rp 100.000/ satu ikat,” papar Jingga.

Kesulitan para pengerajin gamelan mendapatkan bambu yang baik dan bagus, akhirnya berdampak pada kenaikan harga atas penjualan gamelan bambu, untuk satu set gamelan dijual Rp 200.000, sedangkan harga lama Rp 150.000 tiap satu set. Kenaikan harga lagi Rp 50.000 itu dinilainya wajar apalagi ongkos pembuatannya juga mengalami kenaikan beberapa pekan terakhir ini.

“ongkos karyawan untuk mendesain gamelannya saja lebih dari Rp 70.000, kemudian ongkos pembuatan rangka rata-rata Rp 50.000, ya, kalau hitung-hitung untungnya tipis, tapi bagi saya tak masalah dapat untung sedikit yang penting ada tambahan penghasilan keluarga,” papar Jingga.

Menurut Ketut Jingga yang juga pembina Tari Joged, untuk mendapatkan gamelan yang berkualitas tergantung bahan baku bambu yang digunakan. Agar suara gamelan nyaring dan tahan lama bambu yang digunakan harus kering di lokasi penanaman.

 

Biasanya bambu yang kering di lokasi penanaman ini usianya hingga puluhan tahun. Bambu dengan kualitas seperti ini sangat sulit didapat. Jika memakai bambu yang tak kering di lahan penanaman sebenarnya bisa saja. Tetapi suaranya kurang bagus serta tidak bertahan lama. (sas)

logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami