search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
'Diempon' 150 Lebih KK Etnis Hindu Bali
Senin, 24 November 2008, 07:28 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Dalam kunjungan ke Manado Minggu lalu, beritabali.com sempat berkunjung ke Pura Kahyangan Jagatdita Manado. Pura ini diempon (dirawat) 150 Lebih KK Etnis Hindu Bali.

 

Pura yang terletak di Desa Taas, Kecamatan Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara, ini cukup megah. Pura ini berdiri kokoh di atas bukit terjal.

Pura ini disebut Pura Kahyangan Jagatdita. Hingga kini diempon (dirawat) oleh sekitar 150 KK masyarakat Hindu di Kota Manado yang sebagian besar merupakan warga transmigran dari Bali.

Perlu tenaga ekstra dan niat tulus untuk mencapai lokasi pura ini. Pura ini terletak sekitar 500 meter di atas bukit dengan jalanan yang menanjak dan terjal.

Menurut Putu Tunas (50), selaku Ketua Yayasan Darma Jagatdita Manado, sebelum ada Pura ini di Manado, masyarakat Hindu kebingungan untuk mencari tempat untuk bersembahyang.

Pura waktu itu hanya ada di Kampung Bali, itu pun letaknya sekitar 250 Kilometer dari Kota Manado.Tahun 1989, masyarakat Hindu Manado yang saat itu berjumlah sekitar 21 Kepala Keluarga berinisiatif untuk mendirikan sebuah bangunan pura.

Pada awal pembanguan, warga Hindu menghadapi berbagai kendala, baik itu masalah lahan, lokasi yang baik, dan juga masalah dana untuk pembangunan, kata Tunas.

 

Dari tahun-ke tahun dana pembanguan pura akhirnya terkumpul. Lokasi pun Ditentukan yakni di Jalan Siswa 8 No 103, Kelurahan Taas, Tikala, Manado. Lokasi strategis ini milik warga Bali.

Di sinilah mulai dibangun sebuah palinggih (bangunan pura sederhana), di bawah bukit sebelah timur.

Awalnya didirikan pada tahun 1992 lalu, oleh 21 KK krama Hindu di Manado yang semuanya adalah pendatang,” tambah pria asli Manduang, Klungkung ini.

Pembangunan kemudian terus dilaksanakan dengan membangun sebuah Padmasana di Pucak Bukit Taas. 21 KK waktu bekerja keras sehingga bangunan padmasana setinggi 9 meter ini rampung, meski masih banyak palinggih lain yang masih belum didirikan.

Pada akhir 1994, dilaksanakan upacara 'Ngresigana'. Mengenai Karya 'Ngenteg Linggih', rencananya sudah ada namun belum terlaksana hingga saat ini.

Hingga saat ini, pura yang memiliki luas sekitar 800 are ini diempon (dirawat) oleh sekitar 150 KK. Selain itu ada juga krama Hindu yang temporer (tidak menetap, terdiri dari TNI Polri dan Mahasiswa) yang juga ikut andil dalam kegiatan di Pura yang piodalannya jatuh pada Purnama Sada ini.

Semua Krama Hindu saat ini sudah berjumlah lebih dari 150 KK, belum terhitung mahasiswa Hindu di Manado ini,” tambah Tunas. 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami