Ditipu Sahabat, Diciduk Pol PP

Negara

Rabu, 4 Februari 2009, 14:39 WITA Follow
image

images.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Gara-gara ditipu tetangganya yang mengajaknya bekerja di Bali dengan gaji yang memuaskan, FL (19), seorang gadis asal Jember, akhirnya terpaksa harus berurusan dengan Satpol PP Jembrana. Pasalnya, perempuan mungil yang baru setahun lalu tamat SMA, terciduk Satpol PP yang menggelar operasi kependudukan karena bekerja di sebuah cafe milik Putu Ari di bilangan Desa Tegal Badeng Barat, Negara tanpa identitas kependudukan apapun.

Di tempat yang sama, Satpol PP juga mengamankan RSP (34), perempuan asal Medan dan JH (20), janda satu anak asal Jember. Sedangkan di warung minum milik Ketut Sukarta yang berlokasi di Dusun Puana, Tegal Badeng Barat, Negara, Satpol PP berhasil mengamankan AS (22), perempuan asal Jember dan seorang perempuan lokal asal Desa Yeh Embang Kauh, Mendoyo, AKD (19).

Saat disidik oleh PPNS Pemkab Jembrana, FL mengungkapkan kedatangannya ke Bali berawal dari ajakan salah seorang tetangganya sendiri. "Awalnya saya datang ke Bali karena diajak oleh teman saya untuk bekerja di sebuah depot di Denpasar dengan gaji Rp. 600 ribu," katanya.

Namun, oleh temannya itu dia dibawa ke Jembrana dan nyasar menjadi pelayan di sebuah warung minum tempatnya diciduk. FL, yang baru 3 hari bekerja, mengakui kalau dirinya tidak punya identitas apapun, termasuk KTP. "Saya tidak punya identitas apapun termasuk KTP. Saya bisa masuk ke Bali dari Gilimanuk karena saya keluar areal pelabuhan lewat jalan tikus kemudian diantar ojek sampai ke terminal Gilimanuk," ungkapnya.

FL juga mengakui kalau dirinya belum menerima gaji sepeserpun dari majikannya. "Karena saya kerja belum genap sebulan saya belum dapat apa-apa. Kerja di sana (cafe) hitungannya botolan, setiap botol hanya diberi Rp. 4 ribu saja," terangnya sedih. FL mengaku kecewa dengan ulah sahabatnya yang telah menyeretnya berurusan dengan Satpol PP Jembrana. "Saya sangat kecewa oleh ajakan teman saya itu yang ternyata menipu saya. Saya takut kalau orang tua saya sampai tahu," kata FL ketakutan.

Lain halnya AKD, ayam kampung asal Yeh Embang Kauh, Mendoyo. AKD mengaku kalau dirinya bekerja sebagai pelayan cafe untuk menghidupi keluarganya dan membayar cicilan motornya yang sehari-hari dia pakai bekerja. "Saya hanya mengandalkan fee botolan dari para tamu itu untuk menghidupi keluarga dan bayar motor yang saya pakai bekerja," katanya.

AKD mengaku terpaksa bekerja sebagai pelayan cafe lantaran terdesak dengan kebutuhan hidupnya. "Saya terpaksa bekerja sebagai pelayan kafe karena kalau tidak bekerja seperti itu nanti bagaimana keluarga saya apalagi orang tua saya hanya sebagai buruh saja. AKD mengaku dalam sehari semalam, dirinya bisa mengumpulkan fee botolan sebesar Rp. 40 ribu.


Kasi Pol. PP, IB. Brahmantara, di sela-sela penyidikan, Rabu (4/2) mengatakan pihaknya akan secara rutin menggelar operasi seperti ini sebagai salah satu upaya antisipasi dini terhadap masuknya penduduk ilegal. "Operasi seperti ini akan kita lakukan secara rutin sebagai salah satu pengamanan Perda 11 Tahun 1996 tentang SIMDUK di Kabupaten Jembrana," ungkapnya. 

logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/dey



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami