Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Mitan Langka, Masyarakat Menjerit

Negara

Senin, 23 Maret 2009, 17:08 WITA Follow
Beritabali.com

images.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

mitanAkhir-akhir ini masyarakat Jembrana sedang dilanda kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah (mitan). Padahal, sebagian besar masyarakat Jembrana masih memanfaatkan kompor mitan untuk melakukan kegiatan masak-memasak. Kalaupun ada, harganya relatif membengkak. Akhirnya, masyarakat mengeluh dan memilih menggunakan kayu bakar.

Pantauan Beritabali.com di lapangan, Senin (23/3), harga mitan melambung dari harga pasaran. Kalau biasanya oleh pengecer dijual dengan harga perliternya Rp. 3.700 – Rp. 3.800 namun di tengah kelangkaan mitan harganya meroket hingga mencapai Rp. 4.000 perliternya. Kelangkaan mitan ini didominasi di tingkat pengecer.

“Sudah mahal, langka lagi,” terang Komala (43), salah satu ibu rumah tangga di Lingkungan Ketugtug, Loloan Timur, Jembrana, Senin (23/3). Lantaran kesulitan mendapatkan mitan, akhirnya Komala lebih memilih menggunakan kayu untuk bahan bakar dalam menunjang keperluan masak memasaknya “Saya mencari kayu-kayu bekas saja atau kayu sisa untuk masak,” terang Komala.

Kesulitan ini semakin bertambah manakala kompor dan tabung gas yang dijanjikan pemerintah melalui program pengalihan mitan ke gas, belum juga diterima oleh seluruh warga. Hingga saat ini masih banyak warga yang setia dengan menggunakan kompor mitan.


Mereka menilai, kompor mitan relatif lebih aman dari kejadian meledak dan juga harganya masih terjangkau. Selain itu, masyarakat sudah terlanjur terbiasa menggunakan kompor mitan. 

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/dey



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami