search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Natal di Palasari Mirip Galungan
Jumat, 25 Desember 2009, 18:39 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Ada yang beda dengan perayaan Natal di Dusun Palasari, Ekasari, Melaya. Kendati mayoritas penduduknya beragama Katholik namun suasana Natal di desa tersebut mirip dengan suasana Galungan di Bali pada umumnya.

Hal pertama yang dirasakan beda adalah seluruh warga yang merayakan Natal memasang penjor di depan rumahnya, seperti halnya dengan umat Hindu manakala merayakan hari raya Galungan. Selain itu, mereka juga membuat pajegan yang akan dibawa ke gereja.

Menurut salah seorang tokoh umat Katholik, pembuatan
penjor dan pajegan tersebut sudah menjadi tradisi setiap Natal, namun fungsi keduanya berbeda dengan penjor dan pajegan umat Hindu.

"Karena kami adalah orang Bali asli maka kami masih tetap melestarikan budaya leluhur kami, namun kelengkapanya tidak seperti yang dibuat saudara kami yang beragama Hindu begitupula fungsinya berbeda," ujarnya.



Menurutnya, penjor dan pajegan yang dibuat umat Katholik Palasari lebih bersifat hiasan.

Hal kedua, sehari menjelang Natal umat Katholik di Palasari juga melakukan kegiatan seperti Penampahan Galungan.

Mereka yang mampu biasanya memotong babi sedangkan yang kurang mampu ada yang urunan untuk memotong babi atau cukup menyembelih ayam yang nantinya diolah menjadi lawar atau masakan Bali lainnya.

"Pokoknya kegiatan kami disini sangat kental dengan nuansa Bali," tandas salah seorang tokoh umat Katolik lainnya.

Hal ketiga, pada saat Hari Natal, umat Katolik di Palasari terbiasa mementaskan tarian Panyembrama. Selain itu ketika mengikuti misa Natal, umat Katholik di Palasari juga mengenakan pakaian seperti umat Hindu yang mau sembahyang bahkan doa-doa pun dilantunkan dalam Bahasa Bali.

"Selain pakaian yang dikenakan saat sembahyang persis seperti pakaian umat Hindu yakni yang laki-laki mengenakan kain, saput dan udeng serta yang perempuan mengenakan
kain dan kebaya. Ucapan doanya pun masih menggunakan bahasa Bali," jelas Pastor Paston Laurentius Mariono Pr, salah satu tokoh umat Katholik di Palasari, Jumat (25/12).

Hal serupa juga dilakukan oleh umat Kristiani di Desa Belimbingsari, Melaya. Mereka juga memasang penjor dan sehari menjelang Natal juga melakukan pemotongan hewan seperti Penampahan Galungan serta mengenakan pakaian Bali
saat misa Natal.

Reporter: bbn/dey



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami