Mang Kawan Sudah 16 Tahun Alami Gangguan Jiwa
BERITABALI.COM, TABANAN.
Sejak tamat SMEA Dwi Tunggal Tabanan 1995 silam , I Komang Gede Wirata Sindu Giri (35) atau biasa dipanggil dengan Mang Kawan, warga Gempinis Kangin, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, mulai menunjukkan gelagat tidak waras.
[pilihan-redaksi]
Sejak saat itulah kondisi kejiawan Mang Kawan (begitu ia dipanggil) semakin goncang. Pihak keluarga kemudian membawanya ke RSJ Bangli untuk diobati. Namun setelah kondisinya membaik. Mang Kawan kembali dibawa pulang. Tak berselang lama, Ia kembali kumat.
Bahkan sempat masuk ke Pura yang ada di Desanya. Tak pelak kondisi ini membuat pihak keluarga khawatir dan akhirnya memasungnya di dalam rumah.
Tidak ada yang tahu mengapa Mang Kawan sampai mengalami gangguan jiwa yang dideritanya sejak belasan tahun. Karena tidak ada satupun warga yang mengetahui pasti penyebabnya. Bahkan keluarga dekatnya pun tidak tahu sama sekali penyebabnya.
"Mungkin karena dulu Bapaknya tidak membelikan mobil sesuai dengan keinginannya," jelas salah satu kerabat Mang Kawan.
Menurut penuturan warga setempat, orang tua Mang Kawan, Made Sudaya Giri (almarhum) dan Ni Ketut Nyantring, perekonomiannya dulu sangat maju. Keluarga ini sempat jaya dan memiliki sebidang rumah di Jalan KS Tubun, Tabanan.
Tanah warisan dari orang tua Mang Kawan berupa kebun juga banyak. Kini semua hartanya telah habis. Ia hanya tinggal di rumah dua kamar. Di rumah bertembok batako itu Mang Kawan tinggal bersama ibunya.
Kepemilikan rumah di Jalan KS Tubun juga dibenarkan oleh Mang Kawan. Ia masih ingat rumahnya di KS Tubun. Bahkan, Rabu (30/3) Mang Kawan berhasil melepaskan borgol dan rantai di kedua tanganya dan kabur ingin ke rumahnya di KS Tubun. Keinginan Mang Kawan pergi dari rumahnya pun gagal, karena kerabatnya kemudian berhasil menangkapnya ketika baru sampai di Desa Pucuk.
"Saya ingin ke rumah di KS Tubun, Tabanan," katanya dengan bahasa Indonesia yang baik.
Tidak saja lancar berbahasa Indonesia, Mang Kawan juga menguasai bahasa Inggris. Ketika ditanya siapa namanya dengan bahasa Inggris ia menjawab dengan benar. Ingatannya juga masih kuat ketika ditanya nama bapak dan ibunya, serta adik perempuanya yang telah menikah ke Mengwi, Badung.
Berkali-kali ia tidak mau lagi dipasung. Karena seluruh badannya sakit. Mang Kawan juga mengatakan kalau kakinya sampai terasa sakit sekali.
"Saya tidak mau lagi dipasung," jelasnya. Karena keingiannya itu, ia kemudian dirantai di depan halaman rumahnya. Kedua tangannya di borgol. Kelihan Dinas Banjar Gempinis Kangin, I Wayan Sudiarta mengatakan, Mang Kawan sempat dirawat di RSJ Bangli.
Karena kondisinya sempat membaik Mang Kawan kemudian dirawat di rumahnya. Kondisi Mang Kawan kembali kambuh sejak empat bulan lalu. Tidak ingin ulah Mang Kawan meresahkan warga, karena pernah ia melakukan tindakan tidak wajar di sebuah Pura. Maka pihak keluarga memasungnya di dalam rumah.
Sudiarta sempat menyatakan kekecewaanya terhadap pelayanan pegawai di Kantor Dinas Sosial Tabanan. Kala itu satu tahun yang lalu, ia mengantarkan Mang Kawan ke kantor Sosial Tabanan untuk mendapatkan penanganan.
Namun apa yang didapatnya ternyata pegawai yang menerima tidak peduli. Bahkan menyarankan untuk membawa saja ke RSJ Bangli.
"Selaku yang membidangi masalah sosial seperti ini kok begitu. Tidak ada respon sedikit pun," sesalnya.
Reporter: bbn/nod
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
