search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Galungan, Warga Pandak Ngelawar Kerbau
Selasa, 5 Juli 2011, 08:25 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan, Perayaan hari raya Galungan di Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan sedikit berbeda dengan desa lainnya di Bali.

Kalau secara umum menjelang hari raya Galungan terutama di hari penampahan Galungan (sehari sebelum Galungan) masyarakat Bali memotong babi untuk dibuat lawar kemudian dipersebahkan para dewa sebagai manifestasi Tuhan, juga dipersembahkan kepada leluhur.

Berbeda dengan di Desa Pandak. Warga di Desa Pandak Gede kebanyakan memotong kerbau untuk dibuat persembahan.

Menurut beberapa sumber di desa Pandak Gede, persembahan daging kerbau pada hari raya Galungan selain sudah tradisi turun temurun, juga ada sejarahnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Gede Made Munia (56) warga Banjar Batan Poh, Desa Pandak Gede.

Ia yang juga sebagai tukang jual daging kerbau menjelang Galungan ini menuturkan pada jaman dulu kala sering terjadi perang antara kelompok. Kala itu Raja sering memerintahkan rakyatnya untuk ikut perang.

Suatu ketika Raja memerintahkan seluruh laki-laki yang ada di Desa Pandak berangkat berperang. Saat itulah seluruh laki-laki muda, dewasa dan tua ikut berangkat ke medan perang.

Suasana di Desa Pandak Gede sendiri kosong, hanya dihuni ib-ibu dan anak-anak. Kemudian datanglah sekelompok orang menyerang Desa Pandak Gede.

“Saat akan diserang itulah, tiba-tiba sapi-sapi peliharaan warga mengamuk dan menghadang musuh yang datang,” tuturnya.

Mendapatkan perlawanan dari gerombolan sapi, musuh kemudian pergi meninggalkan desa Pandak Gede.

“Sejak itulah kami menghormati sapi dan kami di Pandak Gede tidak menghaturkan daging sapi saat Galungan sebagai bentuk penghormatan kami,” tandasnya.

Maka mulai saat itu warga Desa Pandak Gede menggunakan daging kerbau untuk dipersembahkan saat hari Raya Galungan.

“Kami juga tidak mengkonsumsi daging sapi. Kalau makan daging sapi warga kami pasti gatal-gatal,” tambahnya.

Sedangkan beberapa warga mengatakan, dipotongnya kerbau saat Galungan adalah sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat Padak Gede.

Karena kebanyakan warga Pandak Gede menjadi perantau sebagai pedagang di luar desa, kecamatan maupun luar kabupaten. Sehingga saat mereka pulang merayakan hari raya Galungan motong kerbau sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan.

Sementara itu proses motong kerbau dilakukan di tempat penjagalan kerbau. Seekor kerbau yang harganya sekitar Rp 14 Juta kemudian dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah kelompok yang disebut mepatung.

 



Biasanya jumlah anggota mepatung (urunan) sampai 40 orang. Satu ponjok (porsi) harganya mencapai Rp 200 ribu. 

Reporter: bbn/nod



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami