Kendra Gallery Pamerkan �Bahagia Itu Sederhana�
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Penikmat seni di Bali dalam waktu dekat ini dapat menikmati karya seni rupa dari seniman muda Farid Stevy Asta. Kendra Gallery menghadirkan pameran tunggal Farid Stevy Asta pada sabtu 29 Juni 2013, mulai pukul 19.00 - 21.00. Pameran tunggal Farid kali ini diberi judul “Bahagia Itu Sederhana”.
Situasi yang sulit dan penuh tekanan terkadang melahirkan kesimpulan yang sederhana namun membebaskan. Itulah setidaknya yang ada pada diri Farid Stevy Asta ketika kemudian muncul hastag #bahagiaitusederhana (bahagia itu sederhana) di media sosial.
Farid menuliskan hastag itu di twitter setelah melalui momen tertentu dalam pergaulan sosialnya dan menemukan mantra yang mampu memberikan dirinya kebebasan: “bahagia itu sederhana”.
Mantra yang dihidupi melalui teknologi komunikasi modern itu bergerak cepat dan mampu melampaui berbagai macam sekat, lapisan sosial, problematika hidup, dan sekaligus melahirkan bentuk-bentuk kerja kreatif yang bermacam.
Pemuda kreatif berusia 30 tahun ini menjalani karir seninya di Yogyakarta dengan geliat kehidupan kreatif anak muda yang dinamis. Salah satu yang hidup anak muda di Yogyakarta adalah aktivitas musik dan seni rupa yang seringkali menjadi motor bagi perkembangan kebudayaan yang lain.
<img alt="\"\"" data-cke-saved-src="\" src="\"/scooterplan/ckfinder/userfiles/images/28_-farid-karya.jpg\"" style="\"height:381px;" width:631px\"="">
Farid berada di tengah-tengah aktivisme itu. Dia adalah anggota band FSTVLST yang juga mengisi posisi sebagai produsen teks baik dalam lagu maupun dalam karya visualnya.
Dia juga ikut masuk dalam dunia seni rupa yang disajikan melalui ruang galeri, art fair, dan even-even seni rupa kontemporer.
Perkembangan karya Farid dari periode sebelumnya adalah usaha dari Farid untuk bercerita dengan menghilangkan figur, karakter, atau tokoh. Pada pameran ini, Farid berkarya seni rupa dengan memasukkan pola kreatif yang dikerjakannya dalam menggarap musik (di mana dia biasa menulis lagu untuk bandnya).
Sebagai penulis lirik, Farid dengan ringan mencatat realitas yang dialaminya dalam catatan-catatan kecil yang berserakan. Catatan-catatan mentah itu lalu disusunnya dalam tubuh melodi yang dikerjakannya bersama anggota band yang lain.
Dalam karya seni rupanya kali ini, Farid juga berperan untuk mencatat realitas, yang kemudian ditubuhkan dalam bentuk visual. Sebagai penganut “post modernisme” sejati (seperti pengakuannya melalui lirik lagu Manifesto, Jenny, 2009), Farid membuat racikan visual melalui berbagai macam influence yang digunakannya sebagai tubuh bagi gagasan-gagasannya dalam mengomentari realitas.
Karya seninya adalah tempat berbagai macam pengaruh itu bertemu, mulai dari seni lukis terukur semacam karya Piet Mondrian, seni lukis ‘tumpah seluruh’ milik Jean Michel-Basquiat, street art, rock ‘n roll, geliat anak muda Yogyakarta, dan sebagainya.
Farid menjadi peramu yang luar biasa dengan kemampuan dan bakatnya yang kreatif, yang justru secara unik membuat karya-karyanya menjadi karya tersendiri lepas dari pengaruh-pengaruh tersebut, tanpa harusnya mengklaimnya sebagai penemuan baru.
Sementara itu, Kusuma dari Kendra Gallery Bali, menyampaikan bahwa untuk pameran lukisan kali ini yang bertindak sebagai kurator adalah Rain Rosidi.
Reporter: bbn/ctg