search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lomba Bajak Sawah Warnai Festival Budaya Pertanian
Sabtu, 27 Juli 2013, 13:32 WITA Follow
image

antarafoto.com (ilustrasi)

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Beritabali.com, Badung. Festival Budaya Pertanian di Kabupaten Badung, Bali hari ini dimeriahkan lomba 'matekap' atau membajak sawah. Festival ke-2 itu akan diselenggarakan hingga Minggu (28/7/2013) besok.
     
Lomba 'matekap' yang menggunakan alat tradisional digelar di Desa Petang, Badung dan diikuti para petani yang ada di Kabupaten Badung, Bali. Dalam event langka ini para peserta diwajibkan menunjukkan ketrampilannya, mulai cara menuntun sepasang sapi hingga teknik mengemburkan sawah.
 
Salah satu peserta bernama Wayan Lanus yang berperan sebagai 'joki' sapi mengaku sedikit gerogi. Pasalnya, membajak sawah atau ladang kali ini tidak seperti biasanya yakni banyak penonton yang menyaksikan dan memadati arena lomba.

"Lomba membajak sawah ini saya sedikit gerogi. Gimana tidak gerogi karena biasanya saya membajak sawah atau ladang hanya sendirian di lokasi, tapi disini saya ditonton banyak orang," ujarnya, Sabtu (27/7/2013).

Menurut Lanus, lomba 'matekap' atau membajak sawah ini perlu terus diadakan untuk menarik minat para generasi muda agar tertarik menekuni pertanian. "Saya lihat belakangan ini generasi muda mulai meninggalkan pekerjaan sebagai petani. Padahal jika memiliki lahan diolah dengan baik, maka tak kalah penghasilannya dengan warga bekerja di sektor lain, seperti buruh dan lainnya," jelasnya.

Sementara itu, tim juri lomba 'matekap' Ida Bagus Suryawanta mengaku kreteria dalam lomba ini salah satunya para 'joki' sapi harus terampil menuntun sapi sehingga hasil bajakan ladangnya merata. "Selain itu kedalaman bajakan tersebut minimal 20 sentimenter dan saat meratakan garapan ladangnya bersih," imbuhnya.

Suryawanta yang juga pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Bali itu menambahkan bahwa lomba ini tidak sekedar mempertontonkan kepada pengunjung festival, tetapi yang lebih penting agar bisa melestarikan kebudayaan pertanian, seperti ' matekap' atau membajak sawah tersebut dengan alat tradisional.

"Pemakaian alat tradisional tidak kalah cepat dengan menggunakan traktor, asalkan para joki terampil dan menguasai teknik menuntun sepasang sapi itu," tegasnya.

Saat ini, kata Suryawanta dalam mengolah ladang atau sawah para petani sebagian besar menggunakan alat modern seperti traktor. Tapi ada satu sisi kelebihan bila menggunakan alat tradisional adalah jangkauan alat untuk lebih dalam mengemburkan ladang yang diolah. "Menggunakan alat tradisional 'matekap' bisa menjangkau petak-petak lahan yang sempit dan sulit dijangkau traktor," tutupnya. (dws)
 

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami