search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Hitler Ternyata Pecandu Narkoba Jenis Shabu
Selasa, 14 Oktober 2014, 09:38 WITA Follow
image

bbn/inilah

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pemimpin partai Nazi Jerman Adolf Hitler ternyata kecanduan narkoba jenis shabu alias chrsytal meth serta suntikan "torpedo" banteng untuk meningkatkan libido.

Narkoba yang kerap disebut “es” atau “kaca” itu adalah methilamfetamin yang dapat dikonsumsi dengan diendus, dirokok atau disuntikkan. Tetapi narkoba jenis ini yang paling populer adalah shabu yang menyerupai batu kristal atau kaca, terkadang berbentuk pil atau bubuk.

Narkoba ini mempunyai efek samping yang berbahaya, yakni teler, meningkatnya denyut jantung, parno dan gangguan jantung.

Menurut Daily Mail, intel militer AS berhasil mengumpulkan 47 halaman berkas perang yang berisi informasi bahwa sang Fuhrer keilhatan sering murung dan menenggak 74 jenis narkoba dan pil, termasuk methaamfetamin.

Narkoba jenis ini bisa menciptakan perasaan gembira dan juga digunakan oleh militer selama Perang Dunia II sebagai efek stimulan agar berani maju ke medan tempur.

Adolf Hitler diduga mengkonsumsi shabu sebelum bertemu dengan dikatator Italia Benito Musolini pada 1943, saat ia ngoceh selama dua jam tanpa jeda. Hitler juga kerap menyuntik dirinya dengan Vitamultin, sejenis obat yang mengandung metafetamin pada hari-hari terakhir kehdupannya di dalam bunker-nya.

Mulai 1942 hingga saat kematiannya pada 1945, Hitler juga mendapat injeksi intavena metafetamin dari dokter pribadinya Theodore Morell yang dijuluki “si Raja Suntik” oleh Nazi.

Dalam tayangan National Geograhic berjuluk “Nazi Underworld” psikiater Profesor Nassir Ghaemi bertutur: “Ini bukan soal apakah Hitler adalah seorang pecandu amfetamin atau bukan. Ini lebih pada soal Hitler mengalami gangguan bipolar dan amfetamin membuatnya lebih buruk.”

“Gangguan bipolar dan konsumsi amfetamin itulah yang dapat menjelaskan banyak hal mengapa Hitler berubah pada akhir 1930-an dan pertengahan 1940an,” kata Profesor Ghaemi.

Sementara Discovey Channel mengklaim Hitler kerap menghirup kokain untuk membersihan sinus di hidungnya serta minta disuntik biji pelir banteng untuk meningkatkan libido. Dalam laporan setebal 178 halam pada 12 Juni 1945 yang disusun oleh Dr Erwing Gieseng, salah satu dokter pribadinya, diktator beribu Yahudi ini menghirup kokain untuk melapangkan sinusnya dan “menenangkan” tenggorokannya.

Di samping itu sang Fuhrer kerap menderita “perut kembung yang tak terkendali”, tulis Dr Geising.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami