Mantan Serdadu Elite Prancis Bergabung ke ISIS
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Sekitar 10 mantan tentara Prancis, beberapa dari pasukan elite, bergabung dengan ISIS dan bertempur di Suriah dan Irak. Mengutip sejumlah sumber di militer Prancis, Agence France-Presse memberitakan bukan sepuluh tapi lebih selusin mantan tentara negeri itu yang melakukan perjalanan ke Surih dan berperang bersama ISIS.
"Kekhawatiran kami bukan pada mantan tentara yang bergabung ke ISIS, tapi fenomena radikalisasi yang mulai terlihat di pasukan Prancis," ujar sumber itu. Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian enggan mengometnari fakta ini. Ia hanya mengatakan, dalam konferensi pers, Kamis (22/1); "Kasus mantan tentara yang tergoda oleh jihad sangat langka.
Prancis sedang memperkuat unit intelejen militer, dengan merekrut seribu orang, dan menambah 65 staf untuk membantu rekrutmen secara lebih ketat. Aparat keamanan Prancis juga mengatakan setidaknya 1.200 warga Prancis bergabung dengan ISIS dan terlibat dalam pertempuran di Suriah dan Irak.
The Telegraph memberitakan yang paling mengkhawatirkan adalah dari lusinan mantan tentara Prancis, terdapat mantan anggota pasukan elite Resimen Infatri Parasut Marinir Pertama. Resimen ini adalah pasukan elite paling berpengalaman di Eropa, dan berbagi motto Who Dares Wins dengan pasukan eltie AS.
Tidak ada sumber yang berani menyebut nama-nama mantan pasukan elite yang bergabung dengan ISIS. Spekulasi yang beredar menyebutkan mereka berlatar belakang Afrika Utara.
Surat kabar L'Opini memberitakan mantan pasukan elite itu mendapatkan pelatihan komando tempur, menembak dengan berbagai senjata, teknik bertahan hidup, mengoperasikan semua senjata. Setelah meninggalkan kesatuannya, mantan serdadu elite itu bekerja di sebuah perusahaan pengamanan swasta di Jazirah Arab.
Mantan serdadu elite lainnya menjadi 'emir', atau pemimpin, selusin Muslim Prancis yang bergabung dengan ISIS dan bertempur di Deir e-Zour. Radio France International melaporkan mereka terlibat dalam pertempuran dengan tentara Suriah untuk memperebutkan bandara Deir e-Zour.
Muslim Prancis yang bertempur di Suriah berusia 20-an, dan beberapa ahli bahan peledak. Ada pula sejumlah mualaf, dan warga Prancis berlatar Arab.
Reporter: bbn/net