search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Warga Trauma Kasus Rusuh Ormas dan Sikap Kasar ‎Aparat
Kamis, 28 Januari 2016, 06:05 WITA Follow
image

bbn/dws

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tragedi penyerangan antar anggota Ormas (Organisasi Massa) pertengahan Desember lalu, juga menyisakan kisah pilu diantara tetangga korban maupun rumahnya yang berada bersebelahan dengan markas salah satu Ormas. Bahkan beberapa jam usai peristiwa berdarah tersebut, giliran tetangga maupun keluarga korban yang mendapat teror dari oknum tertentu. 
 
Dari kesaksian tetangga korban yang kebetulan berada di dekat Ormas yang bermusuhan bebuyutan tersebut, juga sempat diteror aparat yang sedang mengejar para pelaku. Mereka meminta agar aparat tidak sewenang-wenang terhadap warga yang sebetulnya tidak tahu apapun dengan kejadian tersebut.
 
Pengakuan tetangga korban yang juga seorang ibu yang sedang hamil, Ni Made Amanda yang saat ini masih sangat trauma dengan tragedi penyerbuan aparat tersebut. Ia mengaku, saat itu ia berjualan di sekitar Jalan Indrajaya, Denpasar, tiba-tiba banyak aparat yang datang menanyakan apakah ada pentolan salah satu Ormas yang sembunyi. 
 
"Saya jawab tidak tahu. Malah mereka membentak bohong kamu. Jadinya kalo gak percaya saya suruh mereka periksa dah. Lalu mereka langsung periksa dan memang tidak ada siapa-siapa," tutur sambil mengingat kembali tragedi mencekam itu, Rabu (27/1/2016) .
 
Ditengah ketakutannya, Ia juga meminta aparat jangan bertindak seperti itu yang seharusnya bisa bertanya baik-baik terlebih dahulu. Bahkan ia juga sempat melihat warga yang duduk-duduk disamping warungnya juga langsung diinjak-injak sampai mulutnya keluar darah. 
 
"Saya kira polisi tidak seperti itu, datang langsung injak-injak orang sampai saya kaget. Mereka juga bilang kalo kamu bohong saya bunuh kamu. Padahal saya sedang hamil dan perut lagi gede seperti ini. Polisi pakaian Brimob dan intelnya juga bentak-bentak. Digituin saya. Jadinya saya telpon suami saya dan dia pulang marah-marah. Satu malaman bayi di perut saya muter-muter sampai terkencing-kencing takut," keluhnya.
 
Perlakuan yang sama juga dialami pemilik warung yang juga tetangga korban, Wayan Mertayasa bersama salah satu pembeli, Ketut Muliana mengaku saat malam itu Brimob juga mengamankan beberapa orang berpakaian Ormas. 
 
"Saya melihat mereka digebugin dan saya langsung tutup warung. Saya sangat takut dan terasa sangat mencekam. Tumben ada kejadian seperti itu di Bali. Masyarakat merasa tercekam sampai anak saya gak bisa tidur. Saya harap penanganan ke depan agar lebih bijaksana dan tidak kasar dengan masyarakat. Karena bisa saja masyarakat yang tidak tahu apa-apa jadi korban kekerasan aparat," tegasnya.
 
Dihubungi terpisah, Ketua Korlap salah satu Ormas di kawasan itu, Bagus Edi Parajaya membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, saat ia akan membesuk ke LP Kerobokan untuk menjalankan suka duka ternyata rekannya dikabarkan sudah meninggal, sehingga hendak menengok ke Rumah Sakit Sanglah. Namun sebagian anggota Ormas juga ada yang balik ke Markas. Saat berada di Markas mereka mengaku disana dihajar oleh aparat. 
 
"Kita semestinya mendapat perlindungan hukum bukan diserang seperti itu. Dari rekaman CCTV kita diserang oleh Buser dan aparat berpakaian Brimob," terangnya.
 
Dari keterangan Istri Bagus Edi Parajaya, Yana juga mengakui ada penyerangan itu usai keributan di LP Kerobokan. Mereka datang bawa senjata laras panjang. 
 
"Ajiknya (Bagus Edi) mana? Dia dituduh membunuh dan mereka terus membentak-bentak. Sampai anak saya takut dan nangis-nangis liat orang banyak. Saya sangat trauma masak suami saya dibilang membunuh," tegasnya seraya ditambahkan oleh Made Sudarta yang kebetulan berada disekitar markas ormas juga melihat ada banyak anggota Dalmas datang kesana langsung menyerbu. 
 
 
"Bahkan mereka juga merampas HP saya. Mereka langsung menyinjak-nginjak saya dan ada yang menusuk pakai bayonet. Ada juga teman saya dipukul pakai tangan dan ada diinjak-injak badannya. Sayangnya HP saya sampai sekarang tidak kembali dan motor juga dirusak. Kok dihancurkan kayak PKI kita. Bahkan para tetangga juga ada diserang, baru keluar mandi ditendang," tandasnya heran.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami