search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tinggal di Pulau Surga, Dadong Lembuk Hidup Menderita di Bekas Kandang Sapi
Minggu, 14 Februari 2016, 13:05 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Sebagai destinasi wisata terkenal, Bali dikenal dengan sebutan "Paradise Island" atau Pulau Surga. Namun dibalik julukan "wah" itu, masih ada warganya yang hidup menderita di bekas kandang sapi.
 
Derita yang dialami  dadong (nenek) Ni Wayan Lembuk  datang silih berganti. Warga Banjar Taman Sari, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan ini, selain hidup di bekas kandang sapi,
 
juga hidup bersama anak lelakinya yang menderita keterbelakangan mental. Derita dadong Lembuk semakin menjadi ketika pulang dari pasar Pandak ditabrak  mobil kijang. Kejadian eman bulan lalu membuat kakinya patah dan sulit digerakan.
 
Tempat tinggal dadong Lembuk cukup jauh dari jalan raya dan harus masuk ke dalam gang sepanjang 200 meter.  Lembuk tinggal bersama anaknya I Wayan Nastra (45) yang menderita keterbelakangan mental.
 
Sementara suami Lembuk sudah lama meninggal dunia. Sudah 10 tahun dadong Lembuk tinggal di bekas kandang sapi tersebut yang lahanya milik dr Anak Agung Subawa.
 
Kondisi tempat tinggal dadong Lembuk memang bekas kandang sapi. Yang kemudian dirubah menyerupai rumah. Sementara itu dindingnya terbuat dari anyam bambu, beratap genteng. Karena sering bocor di saat hujan, genteng tempat tinggal dadong Lembuk dilapisi dengan terpal.
 
Lima meter dari gubuk dadong Lembuk berdiri kandang kambing. Bau tidak sedap dan apek juga tercium di gubuk dadong Lembuk. Tubuh Lembuk yang kurus tampak jarang terkena air, ia terlihat dekil serta kusam.
 
Untuk tidur dia hanya menempati teras gubuknya, tergeletak di atas kasur kusam dan basah. Jika hujan, dadong  Lembuk akan merangkak ke satu-satunya kamar yang ditempati anaknya untuk sekedar bersandar agar tidak terkena hujan.
 
Lembuk yang saat ditemui hanya bisa berbaring, bahkan wanita renta itu tidak mengenakan busana. Dia mengatakan kakinya masih sakit. "Kaki masih sakit," ujarnya pelan.
 
Dia menceritakan jika kakinya pada bagian paha kanan ditabrak oleh pengendara Mobil Kijang ketika pulang dari pasar Pandak saat menjual porosan. "Dulu saat masih bisa jalan saya sehari-hari jual porosan dapat perhari Rp 5 ribu, dan setelah ditabrak enam bulan yang lalu saya tidak berjualan lagi," ujarnya.
 
Setelah ditabrak, sang pengendara Mobil Kijang sempat membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 
 
"Diajak ke rumah sakit untuk berobat, juga dikasi uang sedikit," jelas Lembuk.
 
Sementra anak dadong Lembuk, I Wayan Nastra (45) bekerja di Puri Ancak, Desa Pandak Gede. Bujangan yang menderita keterbelakangan mental ini hanya mendapatkan gaji Rp 50 ribu perbulan sebagai tukang sapu. 
 
"Suami sudah meninggal lama, anak hanya dapat Rp 50 ribu per bulan," jelasnya lirih.
 
Untuk makan, dadong  Lembuk dan anaknya hanya mengandalkan beras raskin. Mereka sangat jarang makan lauk serta hanya didampingi cabe dan terasi saat makan nasi, jika ada belas kasihan orang atau tetangga, baru dia bisa merasakan makan dengan lauk.
 
Semasa muda, dadong  Lembuk bekerja sebagai penjual nasi bungkus dan "pengayah" di Puri Ancak, Pandak.
 
Sementara itu Made Putera (62)  warga setempat menjelaskan tempat yang ditinggali dadong Lambuk adalah bekas kandang sapi. “Tanahnya milik dr Anak Agung Subawa, Mbah Lembuk hanya numpang di sini," kata Made Putera.
 
Putera menuturkan, dadong  Lembuk telah tinggal di gubuk tersebut sekitar 10 tahun.  Enam bulan lalu, dadong Lembuk ditabrak mobil saat pulang dari pasar Pandak, Kediri, Tabanan. 
 
"Kakinya patah, dan hingga saat ini tidak bisa digerakkan seperti biasa," ujarnya.
 
Sementara itu Kelihan Dinas Banjar Taman Sari I Putu Artana saat dikonfirmasi mengatakan, Ni Wayan Lembuk adalah warganya, dan pihak desa selalu memprioritaskan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah. 
 
"Selalu mendapat prioritas untuk bedah rumah, tapi terkendala lahan yang bukan milik pribadi, tapi kami masih berkoordinasi dengan pemilik lahan apakah lahannya bisa dihibahkan atau tidak," ujarnya. 
 
 
Dadong Lembuk kata Putu Artana, juga  telah mendapatkan JKN dan jatah beras miskin (Raskin).[bbn/nod] 

Reporter: bbn/eng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami