search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
2.557 Orang Terdata, Ada Satu Keluarga di Buleleng Terinfeksi HIV AIDS
Minggu, 27 Maret 2016, 20:05 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Sebanyak 2.557 orang di Buleleng terkena HIV AIDS sejak tahun 1999 hingga Pebruari 2016. Sebagian besar telah meninggal dunia, namun ada beberapa diantaranya masih tetap bertahan dan mendapatkan pendampingan.
 
Penyebaran HIV AIDS di Buleleng dalam waktu 17 tahun secara kumulatif hingga akhir bulan Februari 2016 mencapai 2.557 orang, dengan kasus terbanyak di Kecamatan Buleleng, disusul Gerokgak dan Sawan.
 
“Memang sebagian besar sudah meninggal dunia, namun penyebaran HIV Aids di Buleleng ibaratkan fenomena gunung es, yang terlihat itu puncak saja, namun dibawah masih ada yang belum terdeteksi, inilah yang terus berkembang,” ungkap Relawan HIV AIDS Buleleng, Made Ricko Wibawa, Minggu (27/3/2016).
 
Dengan bendera Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI), Ricko Wibawa melakukan pendampingi hingga saat ini bersama sejumlah relawan. 
 
“Rentan usia produktif yang terjangkit HIV Aids di Buleleng, ada kisaran usia 17 sampai 45 tahun, terbanyak dari kasus ini dengan prosentase 55% berjenis kelamin laki laki dan 45% perempuan, para ibu-ibu ini sebagian besar adalah korban dari suami mereka,” papar Ricko.
 
Ironisnya, puluhan balita saat ini juga terinfeksi yang terlahir dari ibu yang mengidap HIV Aids sehingga diperlukan perhatian secara khusus terhadap balita-balita tersebut, apalagi ditemukan ada satu keluarga positif terinfeksi HIV Aids di Buleleng.
 
“Di bulan maret ini, temuan kasus dari kawan-kawan kami di layanan yang kami dampingi ada 3 pasutri HIV yang ketiganya sedang hamil, satu diantaranya sudah melahirkan dan juga ada satu laki-laki dewasa dengan satu anak balita yang dalam proses pendampingan oleh kita,” papar Ricko Wibawa.
 
Upaya pendampingan yang dilakukan sejumlah relawan di Buleleng saat ini terganjal dengan masalah anggaran, sebab beberapa kerjasama yang dilakukan dengan pihak luar negeri terutama NGO dari Australia telah berakhir, sehingga diharapkan Pemerintah mengambil alih.
 
Ditempat terpisah Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp. OG., mengatakan, penyebaran HIV Aids di Buleleng memang begitu cepat seiring keberadaan warung remang-remang, café maupun prostitusi terselubung. 
 
Terlebih lagi bukti nyata telah ditemukan saat Pemerintah Kabupaten Buleleng menutup lokasi Malvinas di Desa Pengulon Kecamatan Gerokgak menemukan dua wanita pelayan warung remang-remang positif HIV Aids.
 
“Memang ada dua yang diketahui positif dan kita telah mengambil langkah-langkah dengan memulangkan kedua wanita itu dan sampai sekarang lokasi itu sudah kita tutup, ini salah satu upaya kita untuk menekan penyebaran HIV Aids di Buleleng,” ujar Sutjidra.
 
 
Sutjidra yang juga Wakil Bupati Buleleng mengaku serius dan tegas dalam melakukan penangganan terhadap penyebaran HIV Aids di Buleleng saat ini, namun semua itu kembali berpulang pada prilaku masyarakat di Buleleng untuk tidak melakukan hal-hal yang berisiko terhadap pasangan dan keluarganya. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami