Miris, Usai UN, SMP Favorit Era 80-an di Tabanan ini Langsung Tutup
Kamis, 12 Mei 2016,
06:05 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Beritabali.com, Tabanan. Hal tidak bagus bagi dunia pendidikan terjadi di SMP Harapan Tabanan. Hampir dipastikan setelah 12 siswa kelas III mengikuti Ujian Nasional tahun ini , SMP yang sempat jaya di era tahun 80 an ini akan ditutup pihak yayasan.
Ketua Yayasan Harapan Bangsa yang menaungi SMP Harapan Tabanan, IB Nuaba Rabu (11/5) , menegaskan sejak dua tahun terakhir SMP Harapan tidak mendapatkan murid. Sejak itu praktis hanya memiliki satu kelas murid yang berjumlah 12 orang.
Ditengah minimnya jumlah murid, pihak yayasan pernah berencana memindahkan 12 murid yang tersisa ke sekolah lain.
"Namun rencana itu justru ditolak oleh murid yang kala itu sudah duduk di kelas II," jelasnya.
12 murid yang tersisa malah memilih melanjutkan sekolah di SMP Harapan hingga tamat.
"Kami kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan murid yang masih setia menimba ilmu di SMP Harapan,” jelasnya.
Dijelaskanya,langkah kedepan yang ditempuh Yayasan terkait nasib SMP Harapan masih dipikirkan. Ketika pola Penerimaan Siswa Baru (PSB) di tingkat SMP masih seperti sekarang yakni sekolah negeri menerima murid sebanyak-banyaknya dengan memberlakukan double shift. Ia memastikan SMP Harapan ditutup.
“Apabila ada kebijakan baru dari pemerintah yang membatasi sekolah negeri menerima murid, Kami masih memiliki harapan untuk hidup kembali,” tandasnya.
Ia memprediksi kecil kemungkinan Tabanan bisa merubah system PSB dengan sekolah dua shift (gelombang). Mengantisipasi hal itu, pihak yayasan sudah memiliki rencana, bekas SMP Harapan akan digunakan sebagai tempat penitipan anak.
“Rencana ini baru sebatas wacana, dan belum kami rapatkan dengan anggota yayasan lainya,” terangnya.
Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana yang memantau langsung pelaksanaan UN di SMP Harapan mengaku miris melihat kodisi sekolah swasta di Tabanan.
“ Kami sangat menyayangkan sekolah swasta tidak mendapatkan murid akibat pemberlakuan double shift di sekolah negeri,” tandasnya.
Ia yang pernah terlibat di dalam SMP Harapan di era tahun 80 an memang terjadi bom membludaknya siswa sekolah di SMP Harapan . Bahkan sempat dibuatkan kelas tambahan.
“Karena orang tua murid terutama yang berada jauh di Selemadeg, Pupuan, bahkan di kota Tabanan yang ingin anaknya dididik di SMP Harapan yang berbasis marhaenisme,” tandasnya.
Ia berharap semua pihak mulai peduli dengan kelangsungan hidup sekolah swasta di Tabanan.
Salah satu siswa SMP Harapan Komang Aris Adi Saputra (15) mengaku tidak minder sekolah di SMP Harapan Tabanan. Ia mengaku tenang dan nyaman menuntut ilmu di sekolah yang berdiri sejak tahun 1970 silam.
Bahkan ia menolak ketika pihak sekolah mau memindahkannya ke sekolah lain karena jumlah siswa sedikit.
“Kami tidak mau dipindah ke sekolah lain karena kami disini sudah nyaman, dan tidak membayar mahal,” jelasnya.
Untuk satu bulan ia hanya membayar SPP sebesar Rp 105.000 yang menurutnya masih dapat dijangkau.
Ia mengaku setelah tamat dari SMP Harapan akan melanjutkan ke sekolah pariwisata.
“Lanjut ke sekolah pariwisata agar bisa kerja di hotel,” jelasnya polos.
Sementara itu kepala sekolah SMP Harapan, I Wayan Reteng Suadnyana (70) jumlah siswa SMP Harapan hanya 12 orang, terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan.
“Mereka banyak berasal dari panti asuhan,” jelasnya.
Dengan kondisi siswa yang minim dan hanya satu kelas, ia menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yayasan terkait nasib SMP Harapan kedepan . [bbn/nod]
Berita Tabanan Terbaru
Reporter: bbn/nod