Philadelphia Tetap Aman Bagi Imigran Ilegal
Jumat, 27 Januari 2017,
07:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Walikota Jim Kenney bertekad mempertahankan Kota Philadelphia sebagai kota aman bagi imigran tak berdokumen. Hal itu diungkapkan Kenney dalam acara Round Table dengan sekitar 20 media etnik di Balai Kota Philadelphia, Selasa, 23 Januari 2017.
"Saya tetap mempertahankan Philadelphia sebagai kota aman bagi imigran, walaupun menghadapi apapun resikonya," katanya.
Jim Kenney yang baru menjabat walikota Januari 2016, menceritakan pengalaman seorang imigran tak berdokumen asal Kamboja yang lahir di kamp pengungsi di Laos.
"Karena tidak berdokumen, Ia harus dideportasi ke Kamboja, negara yang tak pernah dikunjunginya, karena sejak kecil ia tinggal di sini. Dia tidak dapat berbahasa setempat kecuali bahasa Inggris," tutur Jim Kenney.
Selain menuturkan kisah imigran lain, Jim Kenney mengakui bahwa sistem imigrasi di AS sudah rusak. Menurut Kenney kini hanya 38 ribu petugas imigrasi, ICE yang bertugas di seluruh AS. Dan itu terasa belum memadai untuk menanggulangi imigran tak berdokumen yang jumlahnya diperkirakan mencapai 11 juta orang.
"Diperlukan waktu paling tidak 5 tahun jika pemerintah Trump benar-benar ingin melakukannya," kata Kenney.
Meski demikian Jim Kenney bertekad untuk tidak membagikan data para imigran tak berdokumen kepada petugas imigrasi federal.
"Saya tetap mempertahankan Philadelphia sebagai kota aman bagi imigran," kata Jim Kenney.
Philadelphia menjadi tempat tujuan para imigran asal Indonesia. Diperkirakan ada sekitar 7 ribu warga Indonesia yang menetap di kota yang dikenal sebagai 'The Brotherly Love' itu.
Hampir separuh di antaranya berstatus imigran tanpa dokumen yang berprofesi sebagai tenaga tanpa keahlian, di sejumlah pabrik yang tersebar di sejumlah kawasan negara bagian Pennsilvania. Mulai pabrik pengepakan obat dan kosmetik, pabrik bunga, jasa pencucian pakaian (laundry), atau di restoran dan pusat keramaian lainnya.
Khusus kepada masyarakat Indonesia di Philadelphia, Mayor Kenney mengatakan bahwa komunitas Indonesia lah yang pertama kali memperkenalkan kepada dia betapa sulitnya hidup menjadi imigran tak bersurat di Philadelphia.
"Saya ingat ketika sekitar 13 tahun lalu saya diundang berdiskusi di gereja Katolik St Thomas di Philadelphia Selatan mengenai berbagai kasus kejahatan yang menimpa imigran Indonesia di sana. Saya belajar dari diskusi itu bahwa banyak imigran tak bersurat yang takut melapor kepada polisi jika mereka menjadi korban kejahatan," tambahnya.
Walikota Kenney mengatakan tidak takut jika Philadelphia akan kehilangan sebagian dana karena dipotong pemerintah Trump sehubungan dengan keputusannya mempertahankan Philadelphia sebagai Sanctuary City. Mulanya dia menolak menyebutkan dana apa yang akan kena potongan. Tapi kemudian dia menyebut kemungkinan dana untuk polisi yang akan dipotong.
Reporter: bbn/sin