search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Misteri Pura Lumbung Sukaluwih, Asal Tirta Abadi Penangkal Hama
Kamis, 6 April 2017, 11:45 WITA Follow
image

Pura Lumbung yang berlokasi di Desa Adat Sukaluwih, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. [bbcom]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com, Karangasem. Julukan pulau seribu pura memang layak disandang Bali. Namun, perlu diketahui bahwa julukan tersebut bukan hanya menyoal kuantitas. Keunikan dan makna dari setiap pura juga harus jadi perhatian. 
 
Seperti misalnya dengan keberadaan Pura Lumbung yang terletak didasar jurang sedalam 8 meter di Desa Adat Sukaluwih, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. 
 
[pilihan-redaksi]
“Di Pura Lumbung ini berstana Ida Bethare Sri Rambut Sedana dan Ida Bethare Sangkare,” ujar Jero Mangku Seribek (75). 
 
Dijelaskan Jero Mangku bahwa prosesi odalan Pura Lumbung yakni dilaksanakan setiap enam bulan sekali pada hari Tumpek Ngatag. Upacara dilaksanakan di pagi. Setelah upacara selesai, baru kemudian masyarakat melaksanakan tradisi ngatag di kebun masing-masing. 
 
Di dalam Pura Lumbung juga terdapat Tirta Abadi disebut-sebut sebagai tirta Nangluk Merane, atau penangkal segala jenis Hama. Konon, seberapa banyak pun orang yang datang untuk ngelungsur atau memohon, tirta itu tidak akan pernah habis. Begitu pula pada musim kemarau.
 
Jero Seribek juga mengatakan pernah ada datang dari Penebel untuk nunas Tirta dikarenakan di wilahnya seluruh tanaman kebun terserang hama misalnya tanaman padi yang diserang hama tikus. Berbagai upaya telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil. Kemudian datanglah warga itu ke Pura Lumbung ini untuk ngelungsur tirta. Maka, sejak aat itu hasil panennya bisa kembali dan hamanya hilang. 
 
Selain itu di Pura Lumbung ini juga ada tradisi Nagingin Pulu yang dilakukan masyarakat desa selat setiap dua tahun sekali. Adapun persembahannya yaitu berupa hasil bumi seperti padi, ketan, injin, dan lain-lain, yang langsung dibawa Ke Pura Lumbung oleh karama Desa Selat. Nantinya, isi dari ritual Pulu ini disimpan dan akan di berikan jatu (tanda) kepada masyarakat yang datang ngelungsur sebagai sarana Karye di Sejebag Jagat Bali.
 
Asal usul Pura Lumbung ini konon katanya juga masih erat ada kaitannya dengan Pura Terbesar di Bali yaitu Pura Besakih. Seperti yang dituturkan mantan Bendesa Sukaluwih yang menjabat dari tahun 1974 hingga 2013 I Wayan Sabe (65). 
 
[pilihan-redaksi2]
Dahulu katanya awal dari tradisi nagingin pulu bukan hanya kehendak desa Adat Selat saja tetapi memang ada utusan dan kehendak dari Pura Besakih dikarenakan selain jaraknya lebih dekat dan masih berada di wilayah selat. Legenda ini kemudian menimbulkan pertanyaan apakah pura ini merupakan Pura Lumbungnya Pura Besakih? 
 
Sebab, sampai saat ini Pura Lumbung Besakih belum ditemukan. Mengingat Desa Sukaluwih masih berada pada Kawasan suci dari Pura Besakih, batas kawasan suci ditimur sampai di Tukad Sabuh, sisi selatan di Banyu Campah, sisi barat di Tukad Keladian dan disisi utara yaitu Gunung agung.
 
Hingga kini kebenaran tentang kaitannya Pura Lumbung yang ada di Sukaluwih dengan Pure Khayangan jagat Besakih masih menjadi misteri. [bbn/wrt] 

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami