search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kronologi Pembunuhan Sopir Bus di Kamar Kos, Tersangka Gorok Korban di Adegan ke-14
Rabu, 3 Mei 2017, 07:25 WITA Follow
image

Rekonstruksi tersangka Rahmat Taufik mendatangi rumah korban di Jalan Karya Makmur Gang Mukuh Sari nomor 2, Denpasar, pada Jumat (14/4). [bbcom]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Reka ulang kasus pembunuhan sopir bus, Mistari (33) dengan tersangka Rahmat Taufik, kemarin digelar jajaran Polsek Denpasar Barat, Selasa (2/5) siang lalu. Rekontruksi berlangsung dalam 37 adegan, dan pada adegan ke 14 tersangka membunuh korban dengan sadis di dalam kamar kos korban di Jalan Karya Makmur Gang Mukuh Sari nomor 2, Denpasar. 
 
Rekontruksi berlatar belakang masalah cemburu buta itu berlangsung pada pukul 11.20 WITA. Dalam rekontruksi tersebut, diawali dari pertemuan tersangka dan korban di Terminal Ubung Denpasar, usai tersangka baru datang dari kampungnya, Jember, Jawa Timur (Jatim), Kamis (13/4) malam. 
 
[pilihan-redaksi]
Rekontruksi selanjutnya, tersangka Rahmat Taufik mendatangi rumah korban di Jalan Karya Makmur Gang Mukuh Sari nomor 2, Denpasar, pada Jumat (14/4) sekitar pukul 01.00 dini hari. Di kamar kos tersebut, keduanya mengobrol dan tersangka curhat kepada korban terkait masalah keretakan rumah tangganya. 
 
Saat itulah tersangka menanyakan kepada korban terkait keberadaan istrinya, Yunita, yang sudah tiga bulan minggat dari rumah. Korban mengaku tidak mengetahui keberadaan istri tersangka. Perdebatan pun terjadi dan tersangka menuding korban mengetahuinya. Tak lama,  tersangka masuk ke kamar mandi hendak buang air kecil. 
 
Setelah keluar dari kamar mandi, tersangka melihat korban memegang pisau yang diambil dari tas ransel hitam miliknya. Belum sempat bertanya, korban tiba-tiba langsung menyerang tersangka. Oleh tersangka langsung ditangkis, pisau itu kemudian mengenai tangan kanan tersangka. Pergumulan terjadi dan tersangka berhasil merebut pisau miliknya. 
 
Kemudian, dalam adegan ke-14 inilah, tersangka menyerang korban dengan pisau ditangannya. Pisau tersebut membabi buta menebas paha, dan pinggang korban. Tragisnya, dalam adegan rekontruksi tersebut, tersangka memperagakan caranya merangkul leher korban dan langsung menggorok leher korban dengan pisau. 
 
Usai menggorok leher korban, calo tiket ini meletakkan pisau di atas meja di dalam kamar, dan kabur. Karena terburu-buru, tersangka meninggalkan tas ransel hitam dan sepatu miliknya. Dia pergi ke arah barat kemudian naik ojek menuju Mapolsek Denbar untuk melaporkan diri. 
 
Namun, sepeninggal tersangka, korban ternyata masih hidup. Bahkan supir bus ini bisa keluar dari kamar dan meminta tolong kepada tetanga kos. Sayang, karena tidak ada warga yang mendengar rintihannya, tersangka terlentang di depan kamar, hingga akhirnya meregang nyawa kehabisan darah. 
 
Sementara, Kapolsek Denbar Kompol Gede Sumena menjelaskan tidak ada perbedaan BAP dengan reka ulang yang diperagakan tersangka di TKP. Hingga saat ini, yang bersangkuutan masih disangkakan pembunuhan biasa. Disinggung mengenai pisau yang telah dibawa tersangka, mantan Wakapolsek Densel ini mengaku masih melakukan pengembangan. 
 
[pilihan-redaksi2]
“Untuk perencanaan masih kami kembangkan, belum ada bukti kuat yang mengarah ke sana,” jawabnya didampingi Kanit Reksim Iptu Aan Saputra.
 
Sementara, diberitakan sebelumnya, Rahmat Taufik nekat membantai sopir bus, Mistari (33) di depan kamar kos korban No. 10 di Jalan Karya Makmur, Gang Mukuh Sari No.2, Denpasar Barat (Denbar), Jumat (14/4) sekitar pukul 03.00. Diduga Taufik cemburu dan geram akibat ulah korban yang dicurigai telah berselingkuh dengan istrinya. [spy/wrt] 

Reporter: bbn/bgl



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami