search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
AMSI Bali Minta PHDI Tinjau Kembali Himbauan Penonaktifan Internet Saat Nyepi
Selasa, 6 Maret 2018, 18:50 WITA Follow
image

bbn/TIMES Indonesia

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar. Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali meminta PHDI untuk meninjau kembali usulan untuk penonaktifan internet saat Nyepi pada 17 Maret mendatang, mengingat fasilitas internet juga digunakan sebagai aktivitas vital seperti penunjang koneksi data di rumah sakit dan pengiriman informasi bencana.
 
[pilihan-redaksi]
Ketua AMSI Bali, Nengah Muliartha mengatakan penonaktifan internet saat Nyepi tidak bisa disamakan dengan kegiatan penghentian siaran radio dan TV sementara (Nyepi siaran), karena penentuan isi siaran dikendalikan oleh pengelola media siaran dan kita sebagai penonton sifatnya pasif. Padahal, kata dia Nyepi siaran juga menjadi bisa dilakukan karena lembaga penyiaran menggunakan frekuensi milik publik.  
 
Menurutnya untuk media online berbasis internet, diri kita sendiri adalah sumbernya. Jadi ujian buat diri sebagai pengguna apakah bisa menahan diri untuk tidak posting, share, like dan lain-lain. Terlebih, lanjutnya untuk mengakses internet perlu mengeluarkan dana.  
 
Sedangkan yang menjadi permsalahan sebenarnya pada posting yang aneh-aneh, termasuk selfie di tempat umum saat Nyepi. Ibaratnya, sama dengan menggunakan fasilitas listrik dan telpon saat Nyepi. "Jika sadar akan melakukan pelaksanaan Catur Brata Penyepian maka tidak akan menggunakan fasilitas tersebut, jadi kembali pada kesadaran pribadi," ujarnya.
 
AMSI Bali menghormati proses Nyepi di Bali karena terbukti memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan. Namun untuk penonaktifan internet saat Nyepi perlu di pertimbangkan kembali untung ruginya, serta perlu juga dilihat kembali konsep dasar pelaksanaan Nyepi. 
 
"Seperti di dalam brata penyepian terdapat amati lelanguan atau tidak menikmati hiburan yang secara spesifik lebih pada pengendalian diri untuk tidak menikmati hiburan. Bukan justru dengan memutus jaringan internet saat Nyepi," tandasnya.
 
Sehingga Muliartha berpendapat perlunya mempertimbangkan kembali apakah penonaktifan akses internet selama Nyepi tidak mengganggu proses pelayanan informasi pada rumah sakit atau pelayanan penanggulangan bencana. Begitu juga apakah pemutusan akses internet tidak mengganggu jaringan koordinasi keamanan.
 
[pilihan-redaksi2]
Pertimbangan lainnya terkait promosi pelaksanaan Nyepi keluar Bali yang dilakukan oleh berbagai media nasional dan internasional. Dikatakan Media akan kesulitan melaporkan proses pelaksanaan Nyepi di Bali ketika tidak ada akses internet. Padahal banyak orang ingin mendapatkan informasi terkait pelaksanaan Nyepi. Promosi nyepi tentu akan menjadi terputus hanya karena tidak adanya akses internet. Jikapun laporan tersebut disampaikan keesokan harinya tentu nilai update beritanya kurang, karena media tentu ingin menyampaikan informasi terupdate.
 
"Pemutusan akses internet saat Nyepi juga perlu mempertimbangkan hak setiap orang untuk mendapatkan akses informasi. Belum lagi terdapat umat agama lain yang haknya juga harus dihormati. Belum lagi terdapat wisatawan yang tidak hanya berlibur dan ingin mendapatkan informasi tentang Bali serta Nyepi secara detail. Wisatawan juga membutuhkan akses internet untuk menginformasikan kondisinya di Bali kepada keluarganya, termasuk menceritakan pengalaman selama menikmati Nyepi di Bali kepada sanak-saudaranya di negaranya," paparnya. (bbn/mul/rob)

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami