search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rumah di Bali Tak Sesuai Sikut
Senin, 19 Maret 2018, 15:45 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan. Pemerhati budaya  Made Nurbawa mengungkapkan bahwa kategori rumah di Bali saat ini tidak sesuai dengan sikut (ukuran) Bali. Mengingat pembangunan rumah di Bali  tidak lagi mengikuti tatanan wewidangan/ natah dari sikut Panca Raksa.

[pilihan-redaksi]
“Oleh karenanya sering disebut pondokan atau pedunungan. Jadi umah atau rumah menurut Bali apabila di lokasi natah tersebut ada sanggah kemulan,” kata Made Nurbawa saat ditemui di Tabanan pada Selasa (19/3/2018).

Menurut Nurbawa, jika berpatokan pada Panca Raksa maka terdapat bagian Sri Raksa yang letaknya di Timur Laut merupakan letak Sanggah. Guru Raksa bagian pemesuan atau tempat keluar masuk. Durga Raksa yang tempatnya Barat Daya sebagai tempat dapur. Kala Rakyat yaitu tempat di bagian Barat Laut sebagai tempat Penunggun Karang dan Siwa Raksa yang lokasinya ditengah pekarangan sebagai penyeimbang.

“Jika karena sesuatu dan lain hal rumah kita tidak sesuai dengan sikut Panca Raksa, bisa kita terapkan secara "Simbolis" dulu. Yg penting secara pengetahuan kita paham dan yakin. Suatu saat jika ada kesempatan pelan-pelan tata bangunan dan pekarangan kita ubah sesuai dengan Panca Raksa yg merupakan turunan dari Ilmu Asta Bumi,” papar Nurbawa.

[pilihan-redaksi2]
Nurbawa menegaskan saat ini banyak perumahan adalah pemondokan atau pedunungan, karena tidak ada kemulan. Kemulan biasanya dibuat di rumah dimana posisi sebagai anggota Desa Pakraman. Jika tidak menjadi angota pakraman di kota, maka tidak wajib membuat Kemulan dan cukup dengan bangunan Padmasana. “Jadi menurut budaya Bali, dimana kemulan kita disana lah kita medesa adat. Karena kemulan  turunan dari Tri Kayangan,” ujar Nurbawa.

Nurbawa menambahkan apa yang terjadi saat ini memang sangat aneh, mengingat banyak yang menyatakan terjadi krisis perumahan, tetapi yang dibangun malah pondokan. Belum lagi rumah atau umah yg benar-benar umah di desa terlupakan.

“Hal ini lebih berbahaya dari AmatiI Siaran atau Amati Internet saat Nyepi,” jelas Nurbawa. [bbn/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami