search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Janger Malampahan SMP Saraswati Dinilai Menyatu Dengan Cerita
Selasa, 17 April 2018, 13:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Janger yang ditampilkan SMP/SLUB Saraswati dinilai sebagai janger malampahan yang ceritanya menyatu dengan penari janger, walaupun terikat pada cerita bahkan terdapat teks sastranya
 
[pilihan-redaksi]
Salah satu Kurator Bali Mandara Nawanatya III, Mas Ruscita Dewi mengatakan dari semua penampil janger sejak awal April hingga malam itu, baru satu penampil janger yang memenuhi kriteria janger melampahan dari kurator.
 
”Janger anak-anak Saraswati ini menyatu. Antara cerita dan jangernya tidak terpisah. Selama ini yang sudah tampil memang bagus-bagus jengernya. Tetapi ceritanya tidak menyatu. Masih terpisah dari antara janger dan ceritanya,” papar Mas Ruscita, Minggu 17/4).
 
Lebih lanjut, ia menyebutkan walau harus diakui secara kualitas penampilan masih kalah dibanding dengan janger dari Karang Taruna Desa Dajan Peken Tabanan, tetapi konsep janger seperti Saraswati diharapkannya.
 
Kordinator janger SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar , IB Gede Adnyana, S.Pd. tidak mengingkari kalau penampilan anak didiknya belum sesempurna yang diharapkan. Ini tidak lepas dari usia mereka yang masih dalam perubahan dari anak-anak ke remaja. 
“Kesulitan kami dan yang khawatirkan adalah perubahan suara pada anak-anak terutama yang laki-laki,” aku Adnyana. 
 
Kesulitan lain menurut Adnyana adalah sebagian penampil janger anak didiknya sedang mengikuti ujian nasional SMP dan pada usia SMP anak-anak sering kurang serius dalam latihan serta sebagian besar penarinya tidak memiliki dasar sebagai penari. 
Kalau untuk konsep pementasan jenger dengan lakon ‘Sunda Upasunda’ ini memang sengaja mengambil konsep dolanan. 
 
“Jadi semua pemain dalam cerita juga penyanyi dan penari janger yang secara bergantian tampil juga sebagai tokoh dalam cerita,” jelas Adnyana. Untuk menyiapkan pementasan ini memerlukan waktu dua bulan. 
 
[pilihan-redaksi2]
Adapun penampil pertama dari Karang Taruna Desa Dajan Peken Tabanan, menurut Mas Ruscita sudah bagus. Kualitas penampilan menarik. Hanya saja antara cerita dan jangernya belum terlalu menyatu seperti halnya penampil-penampil sebelumnya. Apalagi waktu durasi pentasnya terlalu panjang dari waktu yang diberikan panitia. 
 
”Selain itu dalam memilih cerita perlu lebih hati-hati terutama bila mengangkat dari mitologi. Agar tidak terjebak propaganda. Lebih aman bila mengangkat cerita dari sejarah,” saran Mas Ruscita.
 
Pada kesempatan itu Karang Taruna Desa Dajan Peken Tabanan mengangkat ‘Kroda Dewi Danu’. Cerita ini mengangkat kisah cinta  segitiga Dewi Danu kepada  Raden Jaya Pangus yang ternyata telah memiliki  istri yakni Putri Kang Cin Wie. Penampilan Karang Taruna Desa Dajan Peken Tabanan mengacu pada tari janger tradisi dan melantunkan gending-gending lawas dengan tema spiritual dan mengajak generasi muda untuk intropeksi diri. Penampilan mereka didukung oleh 32 penari janger dan kecak dan 22 penabuh. Selaku pembina tari I.A.A. Yuliaswathi M. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami