Aksi Tolak Reklamasi Bukan Urusan Perorangan
Senin, 23 April 2018,
17:45 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com.Denpasar, Konteks penyampaian istilah "Adah Bedag" oleh Cagub Wayan Koster di forum resmi menyikapi aksi gerakan tolak reklamasi dinilai tidak sesuai, karena disamping mengacu pada konteks personal 'Gendo' sebagai pentolan aksi, ungkapan itu hanya sesuai pada konteks obrolan warung kopi.
[pilihan-redaksi]
Made Nurbawa selaku Pemerhati Budaya Bali menuturkan pernyataan Koster menyikapi reklamasi teluk benoa dianggap mengarah pada sikap perorangan yang tidak lain adalah Wayan 'Gendo' Suardana. Padahal aksi tolak reklamasi, kata dia merupakan sikap sebagian besar masyarakat yang berpandangan sama yang ingin menjaga lingkungan Bali.
Made Nurbawa selaku Pemerhati Budaya Bali menuturkan pernyataan Koster menyikapi reklamasi teluk benoa dianggap mengarah pada sikap perorangan yang tidak lain adalah Wayan 'Gendo' Suardana. Padahal aksi tolak reklamasi, kata dia merupakan sikap sebagian besar masyarakat yang berpandangan sama yang ingin menjaga lingkungan Bali.
"Konteks Koster menyebut "Adah Bedag" tidak pas jika mengarah pada perongangan seperti Gendo misalnya padahal aksi tolak reklamasi merupakan sikap sebagian besar masyarakat Bali terkait isu lingkungan, terlebih disampaikan dalam forum resmi, lain halnya jika di warung kopi," ujarnya, Senin (23/4).
Sementara itu mengacu pada arti kata, Nurbawa menjelaskan "Adah Bedag" secara umum berarti orang yang tidak tahu apa baik secara kemampuan dan kapasitas. Hal itu mengacu pada makna "Bedag" yang artinya anak kuda, yang dianggap 'bau kencur', sehingga muncul istilah, 'sing nawang bedag', yang berarti tidak tahu apa-apa.
Kendati demikian, ungkapan tersebut masih dianggap bermakna kiasan karena lebih halus daripada menyebut orang secara langsung 'bodoh', sama halnya, kata dia seperti istilah 'otak udang' dalam bahasa Indonesia. (bbn/tim/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rob