search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Parlemen Thailand Sahkan Legalisasi Ganja untuk Medis
Kamis, 27 Desember 2018, 10:11 WITA Follow
image

bbn/reuters

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Beritabali.com,Thailand. Negeri gajah putih Thailand resmi menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan ganja untuk keperluan medis dan penelitian. Legalisasi ini disahkan oleh parlemen Thailand pada Selasa (25/12).
 
[pilihan-redaksi]
“Ini adalah hadiah tahun baru dari dewan, kepada pemerintah dan rakyat Thailand,” kata Somchai Sawangkarn, Kepala Panja RUU Legalisasi Ganja dalam sebuah siaran televisi, seperti dikutip kantor berita Reuters.
 
Dikutip dari voaindonesia.com, saat ini menjadi perdebatan di Thailand adalah terkait siapa yang akan mengontrol pasar tanaman ganja dan olahannya. Pasalnya, belakangan banyak perusahaan asing mengajukan izin paten beberapa zat dari ganja.
 
Kondisi ini membuat pebisnis dan aktivis ganja Thailand khawatir bahwa paten akan membuat asing mendominasi pasar ganja Thailand, membuat orang lokal kesulitan mengakses ganja di negaranya sendiri.
 
“Kami meminta pemerintah untuk menolak seluruh proses paten asing tersebut, sebelum aturan legalisasi ini mulai benar-benar diterapkan,” kata Panthep Puapongpan, Kepala Rangsit Institute, sebuah badan kesehatan di Thailand.
 
Apa manfaat kesehatannya?
 
Sejumlah aktivis ganja Thailand menyebut legalisasi ganja untuk medis ini akan membuka jalan bagi legalisasi ganja untuk rekreasi. “Ini langkah kecil, untuk terus maju,” kata Chokwan Chopaka, seorang aktivis ganja.
 
Orang Thailand telah berabad-abad menggunakan ganja sebagai obat-obatan tradisional, sebelum kemudian melarang penggunaannya pada 1934. Petani disebut menggunakan ganja untuk melemaskan otot setelah seharian mencangkul di sawah. Ganja juga digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat ibu melahirkan.
 
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ganja berpotensi untuk menghilangkan rasa sakit, serta mengurangi pusing serta muntah-muntah bagi mereka yang menjalani kemoterapi. Ganja juga diyakini bisa meningkatkan kualitas tidur bagi mereka yang punya masalah tidur. Selain itu, riset termutakhir mengungkapkan zat cannabidiol pada ganja, bisa mengurangi kejang pada penderita epilepsi.
 
Bagaimana dengan Amerika?
 
Langkah Thailand yang melegalkan ganja untuk keperluan medis dan penelitian, mengikuti sejumlah negara lainnya di dunia; Kolombia, Israel, Denmark, Inggris dan sejumlah negara bagian di Amerika. Uruguay dan Kanada bahkan telah melangkah lebih jauh, melegalkan ganja untuk rekreasi, untuk kesenangan.
 
Negara tetangga Thailand, misalnya Malaysia dan Singapura, dalam tahap awal pembahasan terkait legalisasi ganja. Namun, jika dilihat secara menyeluruh, ganja adalah isu yang tabu dan ilegal di mayoritas negara di Asia Tenggara.
 
[pilihan-redaksi2]
Di Indonesia saja misalnya, menyelundupkan ganja bisa berujung hukuman mati. Sementara, di Filipina, ribuan orang telah dibunuh sejak 2016, ketika Presiden Rodrigo Duterte menggencarkan program melawan narkoba.
 
Pemerintah Inggris telah mengesahkan penggunaan ganja untuk medis pada awal tahun ini. Ganja telah bisa diakses mulai 1 November, dengan resep dokter. Sementara di Amerika Serikat, ganja untuk keperluan medis telah legal di 30 negara bagian, meskipun detail hukum berbeda antara masing-masing negara bagian. (bbn/voa/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami