Citra Terapis Spa Rusak Akibat ''Massage Bum-Bum''
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Beritabali.com, Badung. Berkembangnya bisnis Spa & Massage atau sebutan lain dari jasa pijat di Bali memberi peluang besar bagi para terapis untuk mengembangkan kemampuan dan mendapatkan penghasilan. Namun sayang citra terapi Spa menjadi rusak akibat adanya layanan Massage Bum-Bum atau yang lebih dikenal dengan pijat plus-plus.
[pilihan-redaksi]
Seorang terapis Spa & Massage, Srini Astuti mengakui bahwa masih ada penilaian masyarakat bahwa bekerja menjadi pegawai spa berarti siap menjadi pelayan pijat plus-plus. “Emang bener, biasanya tamu India. Dia milih terapis kayak gitu karena pingin enak aja dan pingin yang cantik,” tutur Srini Astuti saat dikonfirmasi di Kuta pada Kamis (30/5).
Menurut wanita berumur 19 tahun tersebut, dikalangan terapis, istilah massage bum-bum memiliki arti bahwa pelanggan datang dengan harga yang disepakati, memilih terapis yang akan melayani, dan terjadilah tindak prostitusi untuk memenuhi hasrat birahi. “Kita sebagai karyawan harus bisa menjelaskan ke pelanggan bahwa kita tidak ada massage bum-bum,” ujar Sri.
Siapa sangka, begitu besarnya minat pengusaha untuk terjun dalam bisnis Spa ini. Jika dihitung jari dengan jarak kurang lebih 100 meter dari perempatan Bemo Corner hingga gapura Pantai Kuta, terdapat 15 operasional spa yang dikelola oleh manajemen berbeda. Namun harus diakui di beberapa daerah di Bali memang masih ada layanan jasa pijat yang berkedok prostitusi terselubung ini.
Sri mengakui dalam sebulan kurang lebih ada 8 kali tamu yang menanyakan jasa massage bum-bum ini. “Sama saja jika dia sudah kelihatan mulai pingin begitu, ya sudah, kelihatan dari cara bicara dan tatapan tamu.”ungkap Sri.
Tak hanya terapis perempuan, terapis laki-laki juga terkadang saat menawarkan brosur pada tamu yang lewat di jalan, sesekali ditanyakan kesediaan jasa ini oleh tamu laki-laki. “Intinya setiap kami ngasi brosur, mereka selalu bilang ada nggak massage bum-bum atau plus-plus,” kata Dandi yang merupakan seorang terapis pria.
Meski terdapat stigma dari masyarakat tentang sisi kelam sebagai pegawai spa sesuai kondisi lapangan ini, masih banyak pegawai dengan tegas menolak, serta memilih bekerja secara jujur dan profesional. Hal ini dikarenakan seluruh gaji yang didapat, digunakan untuk menghidupi keluarga di kampung halaman.[bbn/unud/mul]
Reporter: bbn/mul