search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Patung Tradisi, Roh Gumi Bali
Rabu, 10 Juli 2019, 21:55 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Workshop Patung Tradisi untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pesta  Kesenian Bali (PKB). Tampil sebagai pembicara I Ketut Mustika selaku dosen ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar dan Tjok Udiana Nindhia Pemayun selaku praktisi.

[pilihan-redaksi]

Workshop  berlangsung di kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar, Rabu siang (10/7). Tak banyak memang peserta yang ikut workshop ini. Walau begitu yang hadir dari berbagai kalangan. Mulai anak muda hingga orang dewasa, bahkan ada yang dari luar Bali.

Mustika mengakui  dari tahun ke tahun seniman patung tradisi semakin berkurang. Itu disebabkan karena hak cipta karyanya dibeli dan diproduksi mahal oleh pembeli hak cipta.

“Selain itu karena juga patung tradisi tergeser oleh teknologi yang makin canggih seperti handphone dan lainnya. Anak muda lebih senang teknologi canggih dibanding seni patung tradisi,” ulas Mustika.

Mustika mengingatkan, sebenarnya dengan makin meredupnya patung tradisi itu akan merugikan Bali. Menurut Mustika itu terjadi karena Bali tersohor ke dunia tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena budaya patungnya.

“Sebenarnya patung tradisi itu merupakan roh gumi Bali yang membuat Bali semakin hidup,” terang Mustika.

Sementara itu Tjok Udiana Nindhia Pemayun  mengingatkan saat membuat patung tradisi, seorang seniman harus hati-hati. Itu perlu diperhatikan  karrena energy di badan patung  dapat saja beda dengan energy  di alat yang digunakan. “Kalau salah dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

[pilihan-redaksi2]

Misalnya cedera,” tutur Tjok Udiana. Selain itu Tjok Udiana juga mengingatkan masyarakat agar tidak asal memotong pohon yang hidup. Ini bukan hanya berlaku untuk membuat patung tradisi, melainkan juga untuk semua hal.

“Hati-hati memotong pohon yang hidup, karena di dalamnya ada bayu atau energy,” pesan Tjok Nindia.

Walau tak banyak yang hadir, tetapi pertanyaan-pertanyaan bernas mengalir lancar. Seorang peserta sempat menanyakan bagaimana cara membuat taksu pada patung tradisi. Pertanyaan itu mendapat tanggapan dari Mustika.

“Taksu dapat dikejar  bila pengerjaan karyanya sesuai pakem,” tegas Mustika.

Sembari dialog antara pembicara dan peserta, sepanjang workshop beberapa anak muda mendemonstrasikan cara pembutan patung tradisi di antara meja pembicara dan tempat duduk peserta. [bbn/ananta/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami