search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Wali Kota Rai Mantra Nostalgia "Mejukungan" Tangkil Ke Pura Sakenan
Sabtu, 3 Agustus 2019, 16:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Rahina Suci Kuningan yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Kuningan ini memang merupakan hari besar agama Hindu yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Namun demikian, Hari Suci Kuningan juga merupakan hari piodalan di Pura Sakenan, Desa Serangan, Kota Denpasar. 
 
[pilihan-redaksi]
Bagi sebagian besar masyarakat kota, khususnya para tetua sebelum pesatnya perkembangan mode transportasi saat ini, jalur laut baik berjalan kaki jika air surut dan menggunakan Jukung saat air pasang menjadi pilihan utama untuk tangkil ke Pura Sakenan saat nemoning Pujawali Rahina Suci Kuningan sebelum memasuki kisaran tahun 1990-an. 
 
Keindahan itulah yang membuat Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra bersama Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Selly Dharmawijaya Mantra serta OPD terkait ikut bernostalgia dengan menaiki Jukung untuk tangkil serangkaian Karya  Eka Dasa Warsa Pengratep Pujawali Padudusan Agung Madulur Antuk Pamlehpeh Segara di Pura Sakenan yang mana Puncak Karya jatuh pada Rahina Suci Kuningan, Sabtu (3/8). 
 
Sejak pagi hari sekira pukul 09.30 Wita, Walikota Rai Mantra bersama rombongan telah berkumpul di kawasan Pantai Mertasari. Dengan menggunakan dua buah Jukung/Boat rombongan bergerak menuju Pura Sakenan. Sekitar pukul 09.50 rombongan tiba tepat di kawasan Pura Sakenan. 
 
Selanjutnya Walikota Rai Mantra bersama jajaran Pemkot Denpasar yang terdiri atas Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara, Sekda Kota Denpasar, AAN Rai Iswara serta Opd dan masyarakat turut melaksanakan persembahyangan bersama. 
 
Diwawancarai terkait dengan Jukung Nostalgia ini Walikota Rai Mantra mengatakan bahwa hal ini sebagai upaya untuk memperkenalkan kembali bagaimana kebudayaan masyarakat Bali, khsusunya Kota Denpasar tempo dulu yang hendak tangkil ke Pura Sakenan. Dimana, hal ini memberikan semangat tersendiri bagi para pemedek selain juga memberikan kemudahaan untuk menuju akses Pura Sakenan, mejukungan juga dapat menjadi wahana trasnportasi sekaligus berwisata menuju Pura Sakenan.  
 
“Memang kita tidak perlu berjalan jauh, karena dermaga sudah langsung di depan Pura Sakenan, ini merupakan kebiasaan indah masa lampau, saat ini kita bersama-sama melestarikan hal tersebut dan bernostalgia memperkenalkan bagaimana peradaban masyarakat Kota Denpasar sebelum berkembangnya moda transportasi saat ini,” paparnya.  
 
[pilihan-redaksi2]
Sementara, Camat Denpasar Seletan, I Wayan Budha didampingi Perbekel Desa Sanur Kauh, I Wayan Ada menjelaskan bahwa saat ini terdapat dua dermaga yang melayani masyarakat untuk bernostalgia majukungan saat hendak tangkil ke Pura Sakenan. Dua dermaga tersebut yakni Segara Kodang Pamelisan, Kelurahan Sesetan dan Pantai Mertasari Desa Sanur Kauh. 
 
Lebih lanjut I Wayan Ada menambahkan bahwa dengan menggunakan Jukung masyarakat yang hendak tangkil ke Pura Sakenan dapat bernostalgia dengan menaiki mode transportasi laut yakni Jukung. Dimana, dengan merogoh kocek yang tergolong tidak mahal yakni Rp. 10 ribu, mulai pukul 10.00 Wita-13.00 Wita  masyarakat dapat menyusuri lautan sepanjang 600 meter hingga di Pura Sakenan
 
“Saya kira ini lebih efisien, selain untuk bernostalgia, tangkil ke Pura Sakenan menggunakan Jukung juga dapat menghemat waktu sekaligus berwisata bahari,” pungkasnya. (bbn/humasdenpasar/rob) 

Reporter: Humas Denpasar



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami