search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gambaran Raja Bali Abad ke 15 (3-habis): Aktif Bantu Raja Blambangan, Waspadai Serangan Turki dan Moor
Minggu, 2 Februari 2020, 15:35 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Gambaran sosok Raja Bali di tahun 1500 an ini antara lain ditulis oleh Aernoudt Lintgenzoon, seorang warga Eropa yang berada di Bali dalam jangka waktu lama. Tulisan berjudul "Verhael Bant Gheenne mij op't eijllant van baelle" atau "The Story of What Befell Me on The Island of Bali (1856)" ini dibuat sebagai laporan kepada para donatur pelayaran pertama bangsa Belanda. Tulisan Lintgenzoon kemudian disusun lagi dalam buku "Bali Tempo Doeloe", yang disusun  Adrian Vickers

Kota yang sempat dikunjungi Aernoudt Lintgenzoon bukan kediaman raja. Waktu itu Raja Bali (diduga Dalem Seganing (1550-16320), raja Bali yang pertama kali bertemu pendatang Belanda pada tahun 1597) tengah mengumpulkan 20 ribu orang yang dikirim untuk membantu Raja Palluboaem atau Blambangan. Waktu itu 300 orang dari "Parsuerraenness" atau Pasuruan yang tengah mengepung Kerajaan Blambangan, dibunuh dengan panah beracun. 

Kepada penulis Aernoudt Lintgenzoon, "Kijlloer" atau Menteri Utama Raja Bali waktu itu (1957) mengatakan, jika Kerajaan Blambangan ditaklukkan, maka itu akan menjadi akhir dari Pulau Baelle (Bali). Raja Bali waktu itu juga sudah tahu bahwa bangsa Turki dan Moors bisa menyerang Bali kapan saja, karena waktu itu bangsa Turki dan Moors mencari orang-orang yang menurut mereka kafir dan penyembah berhala. 

Penduduk Bali waktu itu sekitar 300 ribu orang tinggal di wilayah perkampungan dan perkotaan. Penduduk Baelle waktu itu tidak melakukan pelayaran, raja tidak repot dengan urusan negeri lain karena Pulau Baelle mampu memenuhi kebutuhan hidup para penduduknya.

Sungai mengalir ke seluruh negeri melalui kanal-kanal dan tetap mengalir walau hujan tidak turun. Hujan disebut selalu turun sepanjang .

Di belakang rumah "Kijlloer" ada tiga buah "rumah" kecil dari anyaman rotan ditopang empat tiang kecil (mungkin sanggah/merajan). Persembahan untuk para dewa dilakukan pada hari raya suci yakni dua kali setahun. Pertama ketika padi ditanam. Hari raya suci kedua ketika padi akan dipanen. 

Pesta di hari raya pesta besar diiringi gambelan yang meriah. Selain gambelan meriah mereka (warga Kerajaan Bali) juga mengudap atau makan daging anjing pada pesta besar itu.

Banyak terdapat aliran kepercayaan namun warga masyarakat saling menghargai antar kepercayaan, seperti kepercayaan menyembah matahari, bulan, sapi jantan dan sebagainya. Warga ada yang tidak makan daging sapi. Dalam setahun hanya dihitung 10 bulan dan sebulan ada 30 hari.

Terdapat sebuah sungai yang tepinya banyak terdapat kapal berlabuh. Raja Bali dengan rasa ingin tahu besar senang jika ada pendatang asing dan tak jarang warga asing diminta tinggal lebih lama dengan imbalan yang setimpal.

Waktu itu disebut ada pegunungan perak di Bali yang banyak diincar pendatang. Perdagangan manusia masih terjadi, dimana seseorang diijinkan membeli wanita Baelle (Bali) seharga 20.000 atau dua "piece of eight". Sementara laki-laki bali dijual lebih mahal.

Kejahatan di wilayah Kerajaan Bali waktu itu mendapat hukuman berat. Pelaku kejahatan ditusuk dengan keris ke bagian jantung mereka sehingga membentuk lubang dan kemudan dikubur.[habis]

Reporter: bbn/litbang



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami