Distan Bali Bantah Informasi Ribuan Babi Mati di Bali
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali membantah informasi yang menyebutkan ribuan ternak babi mati di Bali. Hingga kini jumlah babi yang mati masih tetap 888 ekor.
"Angka terakhir hingga 27 Januari 2020 masih tetap 888 ekor babi yang mati, selanjutnya masih nihil,"jelas I Ketut Gede Nata Kesuma, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, saat dikonfirmasi, Selasa (4/2/2020).
Sedangkan mengenai penyebab pasti kematian babi, Nata meminta untuk bersabar.
"Mohon bersabar, nanti akan kami sampaikan pada waktunya,"ujar Nata.
Sebelumnya diberitakan, ratusan babi di beberapa wilayah kabupaten di Bali mati mendadak akibat penyakit menular. Hingga kini pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali belum mengetahui penyebab pasti matinya ratusan ekor babi di Bali ini, karena masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Veteriner.
Kematian babi tertinggi terjadi di kabupaten Badung yakni berjumlah 598 ekor dan kabupaten Tabanan berjumlah 219 ekor. Di kota Denpasar jumlahnya 45 ekor dan kabupaten Gianyar jumlahnya 24 ekor. Di kabupaten Bangli dan kabupaten Karangasem masing-masing satu ekor. Dan yang masih nihil kematian babi yakni Jembrana, Buleleng dan Klungkung.
"Hingga kini kita belum mengetahui secara pasti penyebab matinya ratusan ekor babi di Bali. Namun penyakit ini dipastikan disebarkan oleh virus karena banyak babi mati dalam waktu singkat," jelas I Ketut Gede Nata Kesuma di Denpasar, Jumat (31/1/2020).
Meski jumlah babi yang mati sudah mencapai 888 ekor dan kemungkinan akan bertambah, namun kondisi ini dipastikan tidak mengganggu stok daging babi jelang hari raya Galungan di bulan Februari, karena jumlah ternak babi di Bali mencapai 800 ribu ekor lebih.
"Penyakit yang membunuh ratusan babi ini belum ada vaksinnya. Upaya yang bisa dilakukan saat ini hanya dengan melakukan bio security secara ketat di peternakan babi dan menghindari pemberian pakan dari sumber-sumber yang sudah terkontaminasi," jelas Nata Kesuma.
Reporter: bbn/tim