search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Alasan dan Makna Lebaran Identik dengan Ketupat dan Opor Ayam
Kamis, 13 Mei 2021, 17:10 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Perayaan Hari Raya Idul Fitri tidak lepas bahkan dari sajian hidangan ketupat dan opor ayam. Lantas apa sebenarnya alasan dan makna yang tersirat dari kuliner khas lebaran tersebut.

Dikutip dari Liputan6.com, penyajian ketupat dan opor ayam menjadi wajib karena sekaligus sebagai simbol pengingat umat manusia atas segala kekurangan dan kelemahannya.

Ketupat rupanya memiliki filosofi tersendiri dan sejarah yang panjang. Ketupat merupakan bagian dari tradisi Idul Fitri di tanah Jawa. Awalnya makanan ini dipopulerkan oleh salah satu dari Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memperkenalkan dua kali perayaan lebaran, yaitu lebaran hari raya idul fitri satu syawal dan lebaran kupat. Lebaran kupat adalah perayaan lebaran setelah menjalani puasa sunah tujuh hari pasca 1 syawal. Tradisi lebaran kupat ini berlaku hanya di beberapa daerah yang sebagian besar berada di tanah Jawa.

Seperti unsur-unsur tradisi Jawa-Islam lain yang diperkenalkan sang wali, ketupat juga memiliki makna tersendiri. Ketupat berasal dari kata kupat yang memiliki makna ganda, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

Laku papat alias empat tindakan yang dimaksud adalah luberan, leburan, lebaran, dan laburan. Keempatnya bermakna berakhirnya puasa, berbagi rezeki berlimpah dalam artian zakat fitrah, peleburan dosa dan memutihkan kembali hati.

Tak cukup sampai di situ, penggunaan janur dan bentuk ketupat yang khas pun memiliki arti tersendiri. Secara fisik, anyaman ketupat juga merupakan simbol jalan hidup manusia yang penuh dengan permasalahan, penuh dengan liku-liku.

Sementara itu, daun kelapa muda yang mudah dibentuk, masih lentur, dan memiliki kondisi yang masih baik, secara filosofis menggambarkan sifat manusia yang dapat dibentuk, diarahkan, dididik agar hidupnya selalu indah.

Selanjutnya, penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat Lebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan, sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten.

Kata ini berarti permintaan maaf di dalam bahasa Jawa. Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti permintaan maaf.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami