search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Nasib Pariwisata Tak Jelas, Badung Lirik Ekonomi Kreatif dan Pertanian
Minggu, 16 Mei 2021, 21:55 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Guna menggairahkan perekonomian masyarakat, Kabupaten Badung berencana mengembangkan ekonomi kreatif dan sektor pertanian. Hal itu disampaikan Anggota DRPD Badung, I G.A.A. Inda Trimafo Yudha, belum lama ini. 

Dalam diskusi bersama Kepala Pelaksana Harian Bkraf Denpasar, I Putu Yuliarta kala itu, Inda menyebut krisis ekonomi akibat pandemi membuat Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung menjadi babak belur.

Dia yang juga terlibat mengonsep penyediaan anggaran APBD Badung itu mengatakan, sebelum pandemi posisi Pendapatan Asli Daerah di Badung mencapai Rp6 triliun, turun Rp4,5 triliun hingga menjadi Rp2,4 Triliun. 

Atas kondisi itu, Inda menyebut Badung mulai melirik sumber pendapatan dari sektor lain. Salah duanya yakni ekonomi kreatif dan pertanian

"Melihat kondisi Badung, Kami mengembangkan ekonomi kreatif  Badung," ungkapnya.

Dia menyadari pilihan untuk beralih sumber pendapatan dari sektor pariwisata menuju pertanian bukannya keputusan populer. Tetapi, dia yakin upaya itu membangun gairah sumber pendapat lainnya di Badung. 

Menuju hal itu, pihaknya berencana akan bersinergi bersama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Denpasar. 

Diakuinya, perekonomian Badung yang babak belur, harus segera menyesuaikan diri, salah satunya  beralih serta memfokuskan diri ke bidang ekonomi kreatif, dengan menentukan target market.

Ketua Pelaksana Harian Bkraf Denpasar, I Putu Yuliartha menilai ekonomi kreatif tidak bisa berdiri sendiri atau terkotak-kotak, hanya satu daerah saja, seperti Denpasar, Gianyar atau Badung saja. 

Karena, semuanya masih dalam satu rantai, yang disebut "Economy Change", dengan "Circle-nya, ada dalam satu pulau ini, yaitu Bali. 

"Contoh gampangnya di Bali ini, dari sekian ratus ribu produk yang dihasilkan di Bali, misalnya anyaman lontar," ujarnya.

Menariknya, kata dia, begitu bicara ekonomi kreatif, apapun produk turunannya, kini, kita menghadapi transformasi digital yang tak mungkin dihindari. Jika menyebutkan transformasi digital, diakuinya, telah berlangsung lama. Cuma saat masa pandemi ini, kita dipaksa bergerak menjadi lebih cepat lagi. 

"Jadi tidak ada yang disembunyikan lagi, apalagi sistem menunggu. Semua terjadi begitu cepat," ujarnya. 

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami