search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Perilaku Manusia Juga Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19
Selasa, 22 Juni 2021, 23:10 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika dalam dialog Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (22/6/2021), mengatakan bahwa perilaku manusia turut berperan dalam meningkatnya kasus Covid-19.

"Saya yakin sekali bahwa faktor manusia juga berperan. Jadi adanya kerumunan kemudian kedua faktor lingkungan. Jadi ini yang kita hadapi," katanya dikutip dari Suara.com.

Meski begitu tak bisa dipungkiri, varian Delta memang lebih mudah menular.

"Variant of concerence yang menjadi konsen bersama adalah Alfa dan Delta. Varian Alfa memang masih dominan sekitar 60 sampai 65 persen di dunia yang ditemukan sampai saat ini. Sedangkan Delta, yang menarik tadinya hanya 2-3 persen sampai 5 persen virus dunia. Satu sampai dua minggu terakhir melonjak hingga 20 persen atau lebih di dunia itu sudah digolongkan varian Delta," jelasnya.

Dokter Mahardika menjelaskan, hal itu terjadi karena adanya perubahan sebanyak 23 titik gen pada tubuh virus. Meski begitu, perubahan yang terjadi hanya mencakup 0,1 persen. Sehingga belum tentu bisa menyebabkan infeksi Covid-19 jadi lebih berat.

"Satu di protoase dari virus ini memangalami perubahan yang kemungkinan jadi mudah menular dari orang ke orang," jelasnya.

Akan tetapi, hingga saat ini belum ada data yang membuktikan bahwa varian Delta meningkatkan angka kematian pasien Covid-19. Kondisi itu pula yang terjadi di India, tempat varian Delta pertama kali ditemukan.

"Syukurnya dari negara India, di mana virus varian delta pertama kali muncul, memang di awal Mei kasusnya sampai 400.000 per hari tapi kemudian dalam satu minggu terakhir sudah menurun menjadi 50 sampai 80.000 per hari. Jadi asosiasi bahwa dia itu menyebabkan lebih mudah menular dan lebih ganas itu belum ada. Kita syukuri dulu itu, inilah yang kita hadapi," pungkasnya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami