search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
10 Fakta Menarik Sarah Gilbert, Pembuat Vaksin AstraZeneca
Senin, 19 Juli 2021, 11:05 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/10 Fakta Menarik Sarah Gilbert, Pembuat Vaksin AstraZeneca

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca, Sarah Gilbert, tengah menjadi perbincangan dunia setelah video yang menampilkan dirinya mendapat standing applause dari seluruh penonton turnamen tenis Wimbledon, beberapa waktu lalu itu, viral. 

Di video viral itu, terlihat Sarah Gilbert berada di antara ribuan penonton dalam acara pembukaan pertandingan turnamen tenis Wimbledon antara Novak Djokovic melawan Jack Draper pada 28 Juni 2021.

Dalam video itu, terdengar pengumuman bahwa ada individu dan perwakilan organisasi yang telah berkontribusi pada negara dalam menghadapi pandemi, termasuk telah membantu turnamen Wimbledon tersebut dapat digelar. Kamera lalu menangkap ekspresi terkejut perempuan berbaju merah berkacamata, dia adalah Sarah Gilbert.

Sekitar 7.500 penonton pertandingan lalu memberikan tepuk tangan yang meriah. Ekspresi Sarah Gilbert pun mencuri perhatian global, hingga akhirnya video tersebut viral.

Ingin mengetahui tentang sosok Sarah Gilbert yang tak hanya cerdas, tetapi juga dermawan lantaran disebut-sebut tidak mengambil keuntungan dari hak paten vaksin AstraZeneca, sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar dengan harga murah. 

Dikutip dari She the People, berikut 10 fakta menarik mengenai Sarah Gilbert.

1. Profesor di Universitas Oxford

Sarah Gilbert adalah seorang ahli vaksin Inggris dan Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford. Dia mengkhususkan diri dalam mengembangkan vaksin melawan influenza dan patogen virus yang muncul.

2. Pendiri perusahaan pengembang vaksin

Sarah Gilbert termasuk salah satu pendiri Vaccitech, sebuah perusahaan biotek yang mengkhususkan diri dalam pengembangan vaksin dan imunoterapi untuk penyakit menular, kanker, hepatitis B, HPV, dan kanker prostat dan sebagainya.

3. Pemimpin uji coba vaksin Ebola

Gilbert memimpin pengembangan dan pengujian vaksin flu universal pada awal tahun 2011. Vaksinasi itu tidak konvensional karena tidak merangsang produksi anti-tubuh, melainkan memicu produksi sel-T untuk melawan flu. Dia kemudian memimpin uji coba pertama vaksin Ebola pada tahun 2014, diikuti oleh Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

4. Bekerja keras selama pandemi Covid-19

Ia harus bekerja siang dan malam sejak merebaknya Covid-19. Ia bahkan bisa mendapat email kerja pada jam 4 pagi. Dalam wawancara yang sama, dia juga berbicara tentang pendekatan altruistik untuk memperbaiki situasi.

“Sejak awal, kami melihatnya sebagai perlombaan melawan virus, bukan perlombaan melawan pengembang vaksin lain. Kami adalah universitas dan kami tidak berada di sini untuk menghasilkan uang," ucapnya.

5. Vaksin Covid-19 AstaZeneca disetujui Inggris

Inggris menyetujui vaksin Covid-19 yang ia kembangkan bersama dengan Oxford Vaccine Group pada 30 Desember 2020. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, ia mengatakan bahwa ia merasa bahwa mereka dapat menggunakan pendekatan yang sama untuk MERS. Dia melanjutkan dengan ide itu ketika para ilmuwan China menerbitkan kode genetik virus.

6. Hidup untuk membuat vaksin

Gilbert menghabiskan sebagian besar waktu bekerja untuk memproduksi banyak vaksin berbeda. Caranya membuat vaksin dengan menggunakan teknologi yang sama untuk mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan selama pengembangan vaksin terhadap banyak virus berbeda yang berpotensi menyebabkan wabah, seperti MERS, Nipah dan Lassa.

7. Bukan dari keluarga dokter

Gilbert lahir di Kettering, Northamptonshire pada April 1962. Ayahnya bekerja di bisnis sepatu. Ibunya adalah seorang guru bahasa Inggris dan juga anggota masyarakat opera amatir lokal. Dia mewujudkan mimpinya bekerja di bidang kedokteran ketika dia masih di sekolah menengah.

Gilbert lulus dari University of East Anglia dengan gelar Bachelor of Science di bidang Biological Sciences. Kemudian pindah ke University of Hull untuk mengejar gelar doktornya di bidang genetika dan biokimia dari ragi Rhodosporidium toruloides.

8. Berawal dari membuat obat

Setelah gelar doktornya, ia bekerja sebagai peneliti postdoctoral di industri di Brewing Industry Research Foundation. Pada tahun 1990, ia bergabung dengan Delta Biotechnology, sebuah perusahaan biofarmasi yang memproduksi obat-obatan di Nottingham.

Setelah berbagai upaya dalam penelitian dan pekerjaan di antaranya, ia menjadi pembaca di Vaccinology di Oxford University pada tahun 2004. Pada 2010, ia menjadi profesor di Jenner Institute. Gilbert mulai mengerjakan desain dan pembuatan vaksin influenza baru dengan bantuan Wellcome Trust.

9. Pribadi yang pendiam

Seperti yang dinyatakan oleh rekan-rekan dan teman-temannya, Gilbert termasuk orang yang teliti, pendiam, dan teguh pendirian serta seseorang dengan ketabahan sejati. Dia juga tidak terlalu menikmati pusat perhatian.

10. Anak-anaknya jadi relawan vaksin

Sarah Gilbert juga merupakan ibu dari anak kembar tiga. Bahkan anak-anaknya berpartisipasi dalam uji coba vaksin. Untuk mendukung karir dan keluarganya, pasangannya, Rob Blundell juga menjadi pemberi perawatan utama.(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami