Musim Penghujan, Produksi Kerajinan Gerabah Menurun
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Kondisi cuaca tidak menentu membuat salah satu usaha kecil kerajinan gerabah misalnya mengalami penurunan produksi.
Kondisi tersebut disebabkan karena curah hujan meningkat dibarengi tidak adanya sinar matahari sebagai pengering gerabah-gerabah sebelum masuk ke tahap pembakaran.
Kondisi tersebut dirasakan, salah satu pengerajin gerabah, Ibu Putu di Banjar Basang Tamiang, Mengwi, Badung saat ditemui di sela aktivitasnya merapikan gerabah hasil karyanya. Ia mengatakan, memang sangat berpengaruh dengan produksi kondisi cuaca seperti saat ini. Apalagi kerajinan berbahan baku tanah liat ini sangat tergantung dengan sinar matahari.
"Hujan-hujan begini. Ya, tentu penurunan produksi terjadi," katanya lugas, Selasa,(7/12).
Jadi dalam berroduksi saat ini akhirnya memperhatikan kondisi cuaca. Cuaca bagus maka pekerjaan dilakukan dengan maksimal dan begitu juga sebaliknya.
"Jika hujan tak lihat turun ya sedikit membuat gerabahnya, dan sebaliknya tak lihat cuaca mendukung ya digarap saja," jelasnya.
Sementara, pengrajin lainnya, I Ketut Subrata menambahkan kondisi turunnya hujan tidak hanya menghambat produksi, namun juga berdampak pada datangnya bahan baku berupa tanah liat yang ikut terhambat. Hal tersebut disebabkan sulitnya mencari tanah liat juga prosesnya yang sangat tergantung juga dengan cuaca.
"Tidak hanya produksi kami saja terhambat Pak, bahan baku juga sulit didapat dalam kondisi hujan-hujan begini," sebutnya.
Dengan terhambatnya produksi tentunya proses penyelesaian gerabah menjadi molor. Sebelumnya saat cuaca normal (sinar matahari ada) dalam seminggu pesanan dapat dilakukan. Tetapi saat ini, pesanan bisa diselesaikan mencapai dua minggu baru selsesai.
Untuk menyiasati hasil produksi dalam proses pengeringan, kedua pengrajin terpaksa dilakukan dengan cara diangin-anginkan saja untuk sementara waktu.
Reporter: bbn/aga