search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
6 Fakta Maestro Seni Lukis Made Wianta, Seniman Bali yang Mendunia
Senin, 21 Februari 2022, 16:45 WITA Follow
image

bbn/radarbali.jawapos.com/6 Fakta Maestro Seni Lukis Made Wianta, Seniman Bali yang Mendunia

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Made Wianta adalah seniman yang sangat berbakat dan terkenal karena karyanya. Kepergiannya di penghujung 2020 membawa duka mendalam di industri seni Tanah Air. Maestro seni lukis asal Tabanan, Bali itu meninggal di usia 70 tahun.

Made Wianta yang merupakan lulusan ISI Yogyakarta memperdalam jurusan seni lukis di Brussels, Belgia, pada 1976. Dari berbagai pengalaman itulah, lukisan-lukisannya yang diciptakan punya ciri khas.

Berikut 5 fakta soal Made Wianta dan karya-karyanya seperti dirangkum detikcom.

1. Lukisan yang Mendunia

Karya-karya yang dibuat Made Wianta terbentuk dari lingkungan tradisi Bali yang agraris. Dia pernah mengikuti pameran internasional ke New York, Paris, Tokyo sampai memamerkan lukisan-lukisannya di ajang Venice Art Biennale 2003.

Di Venice Art Biennale 2003, Made Wianta mengaku itu adalah momen bersejarah sepanjang kariernya sebagai perupa. Dua tahun berikutnya, Made Wianta berpameran di Mike Weiss Gallery di New York, Amerika.

Dia pun mendapatkan penghargaan Anugerah Seni Dharma Kusuma dari Pemerintah Daerah Bali serta gelar Most Admired Man of The Decade dari American Biographical Institute di Amerika Serikat.

2. Seniman ke-3 di Venice Art Biennale

Affandi menjadi seniman pertama yang memajang karya di Venice Art Biennale pada 1953. Setelahnya ada Heri Dono, dan Made Wianta menjadi seniman ketiga.

Menurut penuturan istrinya, Intan Wianta dalam sebuah wawancara kepada detikcom, Made Wianta yang mengirimkan proposal kepada tim dewan kurator. Akhirnya proposal itu pun tembus.

Tak hanya Made Wianta saja, namun ia juga mengajak seniman Indonesia lainnya. Ada Arahmaiani, Dadang Christanto, dan Tisna Sanjaya. Ia memajang karya Bom Bali.

3. Karya Seni Bom Bali di Venesia

Di ajang Venice Art Biennale 2003, Made Wianta memajang karya yang merespons peristiwa Bom Bali.

"Pak Wianta memakai sapi dalam agama Hindu yang merupakan kendaraan Siwa dan disucikan. Ibaratnya dipurifikasi dengan darah sapi," tutur Intan Wianta. Karya tersebut memukau publik Eropa. Dua tahun berikutnya, Made Wianta berpameran di Mike Weiss Gallery di New York, Amerika.

4. Lukisan New York


Made Wianta secara khusus membuat lukisan tentang New York yang membuatnya kagum. Berkali-kali menyambangi New York, Made Wianta mengaku terkagum dengan keindahan kota tersebut.

"Ketika kami berada di atas pesawat, ada banyak cahaya di langit dan jadilah City Lights. Atau lukisan The Storm yang juga terinspirasi dalam perjalanan kami ke New York," tutur Buratwangi Wianta, putri Made Wianta.

Di 'The Storm' yang didominasi warna gelap, Made Wianta membubuhi dengan kaligrafi ciptaannya. Meski kaligrafi tersebut seperti huruf-huruf Katakana maupun Kanji asal Jepang.

Lain lagi dengan 'The Fifth Avenue' (2003) yang bergaya lebih kontemporer namun tetap ada sentuhan geometrik khas Made Wianta. Warnanya lebih ngepop, cerah, dan menarik mata pecinta seni.

Di lukisan 'NYC Town Hall' juga terlihat unsur dekoratif yang dibubuhi titik-titik seperti malam berbintang.

5. Dokumentasi Buku

Profil dan karya-karyanya banyak didokumentasikan dalam beberapa buku. Di antaranya adalah Made Wianta (1990), Made Wianta: Universal Balinese Artist (1999), Made Wianta: Art and Peace (2000), dan Wild Dogs in Bali: The Art of Made Wianta (2005). Made Wianta juga menampilkan beberapa koleksi karyanya di The Neka Museum di Ubud, Bali.

6. Gaya Surealisme

Sejak awal berkarier sebagai seniman, Made Wianta sudah melukis dengan gaya surealisme. Dalam lukisan-lukisan Made Wianta, juga banyak simbol-simbol yang disisipkan. Seperti karya di periode Karangasem yang berasal dari periode 1980an.

Menurut penuturan sang istri, Intan Wianta, di masa itu suaminya belum mengetahui apa itu surealisme.

"Simbolisme itu lahir di Eropa, simbolisme juga lahir di Eropa dan di situ Bapak belajar surealis. Pak Made menuangkannya seperti patra, huruf kawi, dan digabungkan simbol-simbol lainnya. Mungkin juga suami saya punya nightmare saat nonton Calon Arang atau Barong, meski sudah surealis dia masih hitam-putih," tutur Intan. (Sumber : Detik.com)

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami