Letusan Tambora: 3 Kerajaan Musnah, Penyebab Napoleon Kalah
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Gubernur Nusa Tenggara Barat atau NTB, Zulkieflimansyah mengatakan Gunung Tambora merupakan daya tarik wisata dengan segala aspek, baik dari sisi sejarah, geografis, maupun manfaatnya untuk alam.
Popularitas Gunung Tambora bahkan sudah mendunia karena letusannya yang amat dahsyat pada dua abad lalu.
Dalam peringatan 207 tahun Gunung Tambora Meletus, Zulkieflimansyah menyampaikan apa saja yang harus dibenahi supaya pamor Tambora tetap mengemuka.
"Pulau Sumbawa membutuhkan dukungan infrastruktur, transportasi, dan fasilitas yang memadai supaya Bima maupun Dompu punya kesempatan menggelar berbagai acara berskala nasional maupun internasional," katanya, dalam webinar yang diadakan Yayasan Tambora pada Kamis 14 April 2022.
Zulkieflimansyah mengingatkan kembali bagaimana Gunung Tambora mengubah peradaban dunia dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Letusan Gunung Tambora terjadi pada 1815. Peristiwa itu menewaskan banyak orang dan memusnahkan tiga kerajaan di Sumbawa.
Letusan Gunung Tambora juga mengakibatkan pemimpin militer Prancis, Napoleon Bonaparte kalah di Eropa.
Sebelum pandemi, pemerintah menggelar Festival Pesona Tambora di Doro Ncanga Dompu yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Ada pula festival lainnya, yakni Festival Mantar di Kabupaten Sumbawa Barat, Festival Semalam Dalama Loka di Kabupaten Sumbawa, Teka Tambora Festival Lawata di Kabupaten Bima, dan Tambora Challenge Festival Geopark Tambora. Namun semua festival itu meredup selama pandemi.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang lahir di Bima, Hamdan Zoelva mendorong pengelolaan potensi Gunung Tambora dan wilayah di sekitarnya agar memberikan efek ekonomi bagi masyarakat.
"Dunia mengakui eksotisme dan potensi taman bumi Tambora," katanya.
UNESCO telah menetapkan Tambora sebagai bagian dari cagar biosfer dunia pada 19 Juni 2019 di Paris, Prancis.
"Ini menjadi modal utama bagi daerah untuk memajukan perekonomian sekaligus menyeimbangkan ekosistem," ujar Hamdan Zoelva.
Gunung Tambora adalah gunung berapi aktif di Pulau Sumbawa dengan ketinggian 2.850 meter di atas permukaan laut. Gunung tersebut terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat dan selatan serta Kabupaten Bima yang mencakup lereng bagian timur dan utara.
Ahli sejarah Adrian B Lapian dalam artikel “Bencana Alam dan Penulisan Sejarah : Krakatau 1883 dan Cilegon 1888) menulis, Kerajaan Tambora lenyap ditelan lautan saat gunung berapi Tambora meletus 10 April 1815.
Saat malapetaka dahsyat itu terjadi, ada enam kerajaan berkuasa di sekeliling gunung itu. Ada Kerajaan Dompu (10.000 penduduk), Tambora (6.000 penduduk), Sanggar (2.200 penduduk), dan Papekat/Pekat (2.000 penduduk).
Muntahan gunung Tambora menyapu dan memusnahkan keempatnya. Tersisa Kerajaan Sumbawa dan Kerajaan Bima, meski menderita berat sesudahnya. Negeri Tambora menurut AB Lapian ditelan lautan abu dan air.
“Sampai sekarang kapal boleh berlabuh di mana saja di bekas negeri Tambora adanya,” tulisnya mengutip penelitian orientalis Henry Chambert-Loir (1982).
Dua pusat kerajaan lain, Pekat dan Sanggar, bernasib buruk, bubar ditinggalkan penduduknya yang selamat.
Letusan Gunung Tambora juga menjadi penyebab Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis berpengaruh yang menaklukkan hampir seluruh dataran Eropa akhirnya harus bertekuk lutut dalam pertempuran Waterloo pada Juni 1816.
Sejarawan mencatat kondisi hujan dan berlumpur membantu tentara sekutu mengalahkan Bonaparte.
Peristiwa kekalahan Bonaparte ini pada akhirnya mengubah jalannya sejarah Eropa. Namun siapa sangka, kondisi tak bersahabat yang dialami Bonaparte disebabkan oleh kekuatan alam yang berjarak ribuan kilomater.
Tak lain adalah dampak dari erupsi gunung Tambora di Pulau Sumbawa yang menewaskan sekitar 100.000 orang, dua bulan sebelumnya.
Reporter: bbn/lom