search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
RI Punya "Harta Karun" Terbesar Ke-2 Dunia
Kamis, 23 Juni 2022, 11:10 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/RI Punya

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Indonesia memiliki beragam 'harta karun' dalam hal ini adalah sumber daya mineral berupa produksi timah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, bahwa Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku timah dunia. Pasalnya, negara ini memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Miberba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa total cadangan dunia saat ini mencapai 4.741.000 Ton logam. Adapun dari jumlah tersebut kontribusi cadangan timah Indonesia mencapai 800 ribu ton atau 17 persen dari cadangan timah dunia.

Sementara, kontribusi cadangan timah China terhadap dunia mencapai 23 persen, Brazil 15 persen, dan Australia 8 persen. 

"Timah nomor dua di dunia, no satu China, tidak ada yang bisa lawan China dan cadangan kita logam ada 800 ribu ton cadangan timah," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (21/6/2022).

Ridwan menjelaskan bahwa saat ini 91 persen cadangan logam timah terdapat di Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, saat ini terdapat 482 Izin Usaha Pertambangan (IUP) timah, dengan hanya 2 IUP eksplorasi dan 280 IUP operasi produksi.

"Ada 482 IUP komoditas timah di Babel, dengan hanya 2 IUP eksplorasi dan 280 operasi produksi tidak semua aktif operasi," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil timah kedua terbesar di dunia setelah China. 'Harta karun' timah milik Indonesia itu memang menjadi andalan Indonesia untuk diekspor.

Oleh karena itu, Menteri Bahlil menginisiasi untuk memperbesar hilirisasi timah di Indonesia. Sebab, dalam catatan Menteri Bahlil, hilirisasi timah di Indonesia baru 10 persen dari kegiatan ekspor timah yang dilakukan di Indonesia.

 

"Ingat, kita ini negara penghasil timah kedua terbesar setelah China. Tapi Indonesia juga sebagai negara eksportir timah terbesar di dunia. Karena hilirisasinya tidak lebih dari 10 persen jadi kita harus betul-betul membangun hilirisasi," ungkap Menteri Bahlil dalam Press Briefing di WEF Annual Meeting 2022, Davos, Swiss.

RI Bisa Dapat Untuk 16 Kali Lipat

Pemerintah terus mendorong kegiatan hilirisasi tambang menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri. Hal tersebut dilakukan agar produk di sektor pertambangan memberi nilai tambah dan menciptakan lapangan pekerjaan

Pasalnya sudah sejak lama Indonesia hanya melakukan kegiatan penjualan bahan mentah ke luar negeri. Salah satunya yakni jenis 'harta karun' yakni sumber daya mineral tambang seperti timah.

Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin membeberkan bahwa proses pengolahan bijih timah dapat meningkatkan nilai tambah yang berkali-kali lipat. Bahkan nilainya dapat mencapai hingga 16 kali lipat.

"Dari sisi nilai tambah, proses pengolahan bijih timah dari biji hingga menjadi tin ingot dapat meningkatkan nilai tambah hingga 16 kali lipat," kata Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (22/6/2022).

Oleh sebab itu, hal tersebutlah yang terus didorong pemerintah agar penciptaan nilai tambah dari sektor tambah dapat terealisasi. Mengingat, akan banyak nilai tambah yang akan diperoleh pemerintah.

Seperti diketahui, Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku timah dunia. Pasalnya, negara ini memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia.(sumber: cnbcindonesia.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami