Harga Tiket Pesawat Meroket Sumbang Inflasi 35 Persen
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Tiket pesawat kembali menjadi penyumbang angka inflasi NTB, yakni sebesar 35 persen pada Mei 2022.
Menurut pemaparan Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah inflasi akibat tiket pesawat tidak hanya terjadi di NTB, melainkan seluruh Indonesia.
Gubernur Zulkieflimansyah mengutarakan, pesawat milik maskapai penerbangan makin berkurang. Sedangkan, hukum permintaan menyatakan, jika permintaan besar dan suplai tetap kecil, maka harga akan menjadi tinggi.
“Mudah-mudahan bisa tambah pesawat,” ungkap gubernur setelah menghadiri Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah, di Mataram, Selasa (5/7).
Terkait solusi harga tiket pesawat yang makin tinggi dan menjadi penyebab inflasi, pemerintah Provinsi NTB memastikan pada November mendatang penerbangan langsung atau direct flight menuju NTB makin diperbanyak.
Selain itu, pemerintah Provinsi NTB telah meminta kepada pemerintah pusat untuk memperbaiki frekuensi penerbangan menuju NTB.
“Apalagi, World Superbike (WSBK) bakal dilaksanakan pada November. Kami mengusahakan agar penerbangan dari Perth bisa langsung menuju Lombok,” terang Zulkieflimansyah.
Sebagai tuan rumah dari berbagai perhelatan internasional, maka pemerintah Provinsi NTB harus mampu mengendalikan inflasi. Pasalnya, apabila harga cukup tinggi, godaan untuk menaikkan harga bakal besar. Karena permintaan mengenai suatu produk cenderung bakal membesar.
“Kalau permintaan konsumen dari luar makin banyak dan konsumsi masyarakat lokal tinggi, tentu saja inflasi harus segera dikendalikan,” papar Zulkieflimansyah.
Inflasi di NTB diharapkan dapat segera tertangani dengan baik. Apabila inflasi tinggi, maka pertumbuhan ekonomi pun tidak akan bermanfaat.
“Maka, untuk membendung inflasi, NTB telah membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah. Semoga bisa jadi solusi,” pungkas Zulkieflimansyah.
Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTB meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk mencari jalan keluar, salah satunya dengan melobi maskapai penerbangan.
Ketika tiket pesawat masih terus mahal, dikhawatirkan berpotensi mendatangkan berbagai dampak buruk, seperti turunnya jumlah penumpang, gangguan perkembangan ekonomi terutama industri logistik, terjadinya inflasi, hingga terganggunya kunjungan wisata.
Wakil Ketua DPRD Provinsi NTB, Abdul Hadi meminta agar pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan (Dishub) NTB melakukan lobi dengan BUMN dan perusahaan maskapai penerbangan terkait untuk menormalkan harga tiket yang melonjak saat ini.
“Kita minta mereka ini, Pemda dan BUMN untuk melakukan koordinasi, juga dengan maskapainya,” ujar Abdul.
Selain itu, sebagai langkah alternatif, ia juga meminta agar jumlah dan tujuan penerbangan ditambah untuk mengurai permintaan tersebut. Saat ini Bandara Internasional Lombok hanya memiliki tiga tujuan penebangan yaitu Denpasar, Surabaya, dan Jakarta.
“Supaya agak normal, jumlah penerbangan harus diperbanyak. Kalau dulu kan ada penerbangan langsung ke Jogja, sekarang tidak ada, Bandung juga tidak ada. Ini yang harus kita coba normalkan lagi,” terang Abdul.
Adapun solusi yang lebih ekstrem diberikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, H Lalu Gita Ariadi. Ia mengusulkan agar harga tiket yang mahal itu sebaiknya diterapkan pada penerbangan antar daerah di Pulau Jawa yang memiliki banyak alternatif transportasi.
“Di luar Jawa ya terapkan lah tarif menengah. Kalau di Jawa, baru terapkan tarif tinggi, karena selain jalur udara, kereta api juga ada, jalan tol ada, dan lain lain. Kalau kita? Pakai kapal laut? Ya wassalam,” imbuh Miq Gite sapaan akrab Sekda NTB.
Sebagai contoh, penerbangan dari Bali ke Lombok yang biasanya didapatkan seharga Rp350 ribu kini menjadi Rp1 juta lebih.
Belakangan diketahui, kenaikan harga tiket pesawat ini disebabkan oleh naiknya harga avtur (bahan bakar) dunia yang diakui cukup memberatkan pihak maskapai.
Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB yang dirilis pada Jumat 1 Juli 2022 lalu, sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar pada inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima pada bula Juni yang mencapai 0,92 persen.
Editor: Robby
Reporter: bbn/lom